Liputan6.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjadi salah satu kandidat penerima tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya (SWK), Bidang Pemerintahan dalam Pengelolaan, Pembangunan dan Pengembangan Kelautan. Tim Sekretariat Militer Presiden (Sesmilpres) turun ke Banyuwangi untuk melakukan verifkasi lapang terkait program bidang kelautan yag dijalankan pemkab.
Satyalancana Wira Karya adalah tanda kehormatan yang diberikan Presiden RI kepada warganya yang telah memberikan jasa besar, secara umum maupun pada bidang tertentu, sehingga dapat menjadi teladan bagi orang lain.
Baca Juga
Verifikasi dilakukan melalui dua agenda, yakni pemaparan program dan peninjauan lapangan ke sejumlah lokasi, Kamis (14/2023).
Advertisement
"Ke Banyuwangi untuk ngecek kesesuaian dan validitas lapangan. Hasilnya nanti kami laporkan kepada Dewan Gelar Tanda Kehormatan sebagai bahan pertimbangan pengajuan usulan Satyalancana Wira Karya kepada Presiden," ujar salah satu tim, Kolonel (CAJ) Sandy, Kepala Bagian Penganugerahan pada Biro Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan Sekretariat Militer Presiden, Kementerian Sekretariat Negara.
Sandy menjelaskan, dalam verifikasi ini sedikitnya ada lima komponen yang menjadi dasar penilaian. Meliputi originalitas program, manajemen resiko, kelengkapan data dukung, kolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait tugas dan fungsi organisasi, serta kemanfaatan program bagi masyarakat.
“Kemanfaatan program harus bisa dirasakan masyarakat. Bagaimana inovasi pembangunan kelautan yang dijalankan bisa berdampak dan memberikan nilai lebih kepada masyarakat. Inilah yang kita nilai dalam tinjau lapang. Selain mendengarkan langsung pemaparan dari Ibu Bupati, kami juga mengumpulkan informasi valid dari spot-spot terkait,” tegas Sandy.
Dalam kesempatan itu, Bupati Ipuk memaparkan secara komprehensif program-program pembangunan di Banyuwangi, khususnya pembangunan di sektor kelautan dan perikanan.
Menurut Ipuk, Banyuwangi menerapkan kebijakan pembangunan berkelanjutan di sektor kelautan dan perikanan dengan mensinergikannya bersama pariwisata. Seperti program konservasi ekosistem laut dan pemberdayaan masyarakat nelayan yang dijalankan di Pantai Bangsring Underwater, Kecamatan Wongsorejo, dan pengembangan kawasan Fish Market Mandar, Kecamatan Banyuwangi.
Bangsring Underwater merupakan destinasi wisata berbasis konservasi dan edukasi. Obyek wisata ini menawarkan keindahan biota bawah laut.
“Destinasi ini memiliki omzet hingga Rp 450 juta per bulan. Pendapatan Rumah Tangga Perikanan (RTP) juga meningkat dari yang sebelumnya sebesar Rp. 50 juta per tahun, menjadi Rp. 120 juta per tahun,” ujar Ipuk.
Ipuk juga memaparkan pembangunan sektor kelautan dan perikanan di kawasan Fish Market Kampung Mandar. Kampung nelayan yang terletak di pusat kota ini, awalnya merupakan daerah kumuh dan kotor. Seiring dengan revitalisasi Boom Marina, sejak 2019 pemkab mulai menata kawasan tersebut menjadi destinasi kuliner. Kini sudah ada 55 pondok makan yang selalu ramai dikunjungi pembeli.
“Yang awalnya adalah tempat kotor dan bau, kini bertransformasi menjadi pusat kuliner aneka seafood. Tentu ini membuka banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar yang mayoritas para nelayan. Selain menjual ikan segar, mereka juga punya lapak untuk menjual olahan ikan,” pungkas Ipuk.
USai mengikuti paparan dari pemkab, tim penilai langsung melakukan tinjau lapang ke Pantai Bangsring Underwater dan Fish Market Mandar. Di sana mereka banyak menggali informasi langsung kepada pengelola destinasi.
(*)