Liputan6.com, Bandar Lampung - Seekor ikan hiu tutul atau hiu paus terdampar di Pantai Sukaraja, Kecamatan Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, Lampung, Selasa sore, 3 April 2018. Kabar terdamparnya satwa laut bernama Latin Rhincodon typus ini pun sempat menjadi perbincangan sejumlah warganet.
"Seekor ikan hiu tutul sepanjang 15 meter dengan bobot sekitar 5 ton terdampar. Beruntung, hiu langka tersebut bisa segera dilepaskan kembali ke laut setelah siripnya diangkat dari lumpur," tulis akun Twitter @SimonBoykSinaga, yang dikutip Liputan6.com, Rabu (4/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Akun itu kemudian menulis. "Hiu Paus Selamat, Salut buat warga nelayan di pantai sukaraja, Telukbetung selatan, bandarlampung, dgn sadar bergotong royong membantu Hiu Paus kembali ke laut, hari ini selasa 03/04/2018 sehingga bisa selamat setelah terdampar @kkpgoid @susipudjiastuti @DitjenPRL @conservationID"
Operasi penyelamatan hiu tutul terdampar itu pun mendapat apresiasi positif dari Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP.
"Kita (KKP) sudah biasa menghadapi atau memperoleh informasi mengenai satwa atau mamalia laut yang terdampar di pantai," ucap Andi Rusandi, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu malam.
Meski belum dapat memberikan informasi rincinya, menurut dia, KKP pun sedang menanganinya.
Untuk menangani satwa atau mamalia laut terdampar seperti hiu tutul yang langka, petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKP terdekat yang biasanya segera menuju lokasi. "Para petugas kemudian bekerja sama dan memberikan arahan baik kepada instansi terkait seperti Polair dan pemerintah daerah maupun warga setempat," katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Penyuluhan Menangani Satwa Laut Terdampar
Selain menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, menurut Andi, KKP pun kerap memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat. Terutama, berkaitan dengan penanganan satwa atau mamalia laut terdampar.
"Agar satwa atau mamalia laut yang terdampar segera bisa diselamatkan dan dikembalikan ke laut lepas," imbuhnya.
Pelatihan yang diberikan KKP termasuk menangani jika satwa laut telah menjadi bangkai. Dengan demikian, petugas lembaga terkait dan warga bisa mengetahui langkah-langkah penanganannya.
"Apalagi, bangkai satwa atau mamalia laut yang terdampar dapat menimbulkan masalah lain. Isi perutnya bisa meletus dan menimbulkan bau tak sedap," tutur Andi.
Â
Advertisement
Nasib Hiu Tutul Terdampar di Selat Madura
Sebelumnya, hiu tutul sepanjang 5,5 meter dengan berat mencapai 1,5 ton ditemukan nelayan Kampung Kroman, Gresik, Jawa Timur, pada Selasa siang, 30 Mei 2017. Menurut pengakuan nelayan setempat, hiu tutul tersebut dalam kondisi hidup saat ditemukan di tengah perairan Selat Madura.
Namun saat hendak ditarik menggunakan empat perahu, diketahui hiu tutul tersebut sudah dalam kondisi mati. Bejo yang juga ikut membantu proses evakuasi mengatakan dirinya beserta rekan-rekan nelayan sempat mengetahui kondisi hidup hiu tutul tersebut.
"Saat berusaha membawa ke darat, tali dari keempat perahu itu putus. Setelah kami lihat lagi, ternyata sudah mati hiu tutulnya," kata Bejo saat dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa, 30 Mei 2017.
Ia berpendapat kemungkinan hiu tutul itu mati disebabkan faktor perubahan alam dan pendangkalan air laut. "Bisa jadi karena air laut yang semakin dangkal membuat cuaca panas di air. Jadi kemungkinan bisa karena hal itu," ujarnya.
Akibat dari terdamparnya hiu tutul tersebut, sejumlah warga memadati pantai pesisir utara Gresik. Anak-anak di kampung tersebut bahkan bermain-main dengan bangkai hiu tutul tersebut.
Pantauan Liputan6.com, para nelayan dibantu warga berusaha membawa bangkai tersebut ke daratan. Saat itu, belum ada petugas berwenang memasang garis pembatas agar warga tidak terlalu dekat dengan bangkai hiu tutul tersebut.