Sukses

Perjuangan Siswa Arungi Sungai hingga Runtuhnya Jembatan Belanda

Puluhan siswa SDN 2 Patapan Kabupaten Cirebon harus melintasi sungai menuju ke sekolah.

Liputan6.com, Cirebon - Wajah ceria selalu terpancar di tengah sulitnya siswa mendapati akses jalan yang bagus dalam menempuh pendidikan. Mereka harus rela menyeberangi Sungai Cisiluk di Desa Patapan, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon.

Sungai dengan panjang sampai 71 meter tersebut merupakan akses terdekat para siswa SDN 2 Patapan. Para siswa pun rela menunggu temannya untuk mengarungi derasnya arus, menyeberangi sungai secara bersama-sama.

"Sekolah saya di blok Wage dan rumah di blok Manis kalau putar lewat jembatan jauh kecuali hujan," kata salah seorang siswa SDN 2 Patapan Kabupaten Cirebon, Lola L Parane, Kamis, 5 April 2018.

Lola bersama temannya terpaksa harus mengarungi sungai jika ingin pergi ke sekolah. Karena sungai tersebut merupakan akses terdekat mereka ke sekolah.

Satu per satu para siswa melepas sepatu hingga agar tidak basah kuyup saat pergi ke sekolah. Namun, tidak sedikit pula siswa yang terpeleset hingga akhirnya basah kuyup lantaran kurang hati-hati menyeberang.

Jika hujan, Lola bersama teman-temannya terpaksa harus memutar jauh hingga 2 kilometer. Imbasnya, beberapa dari siswa kerap datang terlambat berangkat ke sekolah.

"Tapi biasanya tidak kena marah kalau terlambat karena harus putar jalan. Kalau pulang biasanya saya dijemput orangtua di seberang sungai," kata Lola.

Lola bersama teman sekolahnya berharap ada solusi mempermudah akses para siswa menuju sekolah. Dia mengatakan, sebagian besar siswa yang sekolah di Blok Wage mengalami hal serupa.

Saksikan vidio pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Jembatan Belanda

Beberapa warga setempat juga kerap melewati sungai Cisiluk untuk mempermudah aktivitasnya. Warga menganggap aktivitas penyeberangan sungai tersebut sudah biasa.

Dari informasi yang didapat, jumlah penduduk di Desa Patapan mencapai 500 jiwa. Kepala Desa Patapan, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Karmadi mengaku sungai tersebut pernah dibangun jembatan.

Namun, jembatan yang menghubungkan antara Blok Wage dan Blok Manis itu lebih dari 30 tahun ambruk. Pemerintah desa juga sudah mengalokasikan dana pembangunan jembatan, tetapi belum terealisasi.

"Sudah tiga kali kami mengajukan dana mulai ke Pemkab Cirebon, Pemprov Jabar sampai ke DPR RI tapi belum terealisasi juga," sebut Karmadi.

Dia menyebutkan, dahulu jembatan yang menghubungkan dua blok merupakan bangunan peninggalan Belanda. Karmadi mengatakan di sebelah utara sungai sudah dibangun jembatan gantung.

Namun, pembangunan jembatan gantung tersebut justru membuat siswa enggan memanfaatkannya. Karmadi mengakui, jarak dari bibir sungai ke Jembatan Gantung mencapai 1,5 kilometer.

Selain melewati bagian utara sungai, alternatif jalan juga ada di sebelah selatan sungai. Namun, jaraknya mencapai 8 kilometer.

"Kecuali, jika air sungai sedang meluap siswa terpaksa lewat jembatan gantung itu juga butuh waktu lama," ujar dia.

Dia berharap, pemerintah setempat maupun yang terkait dapat merealisasikan pengajuan anggaran untuk pembangunan kembali jembatan di Sungai Cisuluk.