Liputan6.com, Banyumas - Pada musim pancaroba ini, Sungai Banjaran di Kedungbanteng, Banyumas berdebit sedang. Airnya pun jernih sedikit keruh. Pas untuk memancing ikan melem atau tawes
Cuaca cerah sejuk khas dataran tinggi. Sungai Banjaran berhulu di kaki Gunung Slamet bagian selatan. Alirannya mengular puluhan kilometer dari hutan lindung utara hingga bermuara di Serayu.
Sebagaimana musim pancaroba, hujan ada kalanya turun menjelang sore. Mendung membuat suasana bertambah sejuk. Para pemancing sepanjang Sungai Banjaran pun semakin tenggelam dalam keasyikan memancing.
Advertisement
Baca Juga
Begitu pun dengan Kiswan (30), warga Desa Kutaliman Grumbul Babakan Lor, RT 03 RW 07, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Saat itu, ia memancing bersama dengan seorang rekan lain desa, Dulwahid (34) warga Desa Kalikesur, RT 5 RW 3, Kecamatan Kedungbanteng.
Saat asyik memancing, tiba-tiba gerimis turun. Hanya hujan ringan saja sebenarnya.
Tetapi, mereka adalah dua pemancing yang berpengalaman. Sungai Banjaran, lantaran berhulu di sebelah utara, kerap banjir bandang lantaran curah hujan yang tinggi di kaki Gunung Slamet. Apalagi ini adalah musim pancaroba yang salah satunya dikenali dengan hujan lokal.
Keduanya berencana menepi dan berteduh. Kiswan mendahului Dulwahid karena berkemas lebih cepat. Adapun Dulwahid, usai berkemas, masih harus mengambil ikan hasil pancingannya.
Celaka, tiba-tiba air yang bening berubah keruh cokelat. Kiswan melihat air bah bergelontang membawa berbagai material, seperti bangkai pohon yang timbul tenggelam.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kendala Pencarian Korban Tenggelam Sungai Banjaran
Dulwahid yang berada di tengah aliran sungai terjebak. Ia berupaya menyelamatkan diri. Tetapi nahas, derasnya air dan kondisi sungai yang penuh ceruk bebatuan besar menghambatnya. Korban lantas terseret air bah.
Kiswan pun berupaya mengejar korban yang terseret banjir dari pinggiran sungai. Namun, Dulwahid kemudian raib ditelan ganasnya arus.
Kiswan lantas naik ke bantaran sungai dan berteriak minta tolong kepada warga. Pencarian pun langsung dilakukan. Peristiwa ini juga dilaporkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas dan kepolisian setempat.
“Sebenarnya banjir luapan biasa. Cuma saat itu curah hujan di sebelah utara cukup tinggi, dan khususnya di sebelah selatan terang. Kalau di TKP hanya gerimis,” ucap Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banyumas, Kusworo, kepada Liputan6.com, Jumat (6/4/2018).
Hingga saat ini pencarian terus dilakukan oleh tim Search and Rescue (SAR) Gabungan. Beberapa yang terlibat antara lain, BPBD, Tagana Banyumas, Kepolisian, RAPI, dan Basarnas)Pos SAR Cilacap.
Namun, hingga Jumat siang tim belum berhasil menemukan korban. Pencarian terhambat kondisi sungai yang penuh bebatuan besar. Selain itu, di Sungai Banjaran ini banyak palung berkedalaman antara 2-5 meter.
"Saat ini kita sedang berusaha menyisir kurang lebih jarak lima kilometer dengan empat kru, tapi belum membuahkan hasil. Medannya cukup berat. Kemudian banyak kedung-kedung," dia menerangkan.
Advertisement
Basarnas Turunkan 2 Tim untuk Banyumas dan Banjarnegara
Di hari yang sama, kecelakaan air juga terjadi Banjarnegara. Seorang anak berusia 10 tahun, Triyanto bin Hadiono, warga Desa Pucang Kecamatan Bawang, Banjarnegara tenggelam ketika berenang bersama empat rekannya, Kamis sore sekitar pukul 15.30 WIB.
Komandan Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono mengatakan korban bersama empat rekannya bermain di pinggiran sungai. Tetapi, kemudian korban bersama satu kawan lainnya, Satrio (10), berenang ke tengah. Keduanya diduga kelelahan dan tenggelam.
Salah satu rekan korban lainnya, Febri (10 th) juga sempat menolong. Namun, Febri justru nyaris menjadi korban tenggelam karena dipegangi oleh kedua korban.
Febri berhasil lepas dan menepi. Adapun Satrio diselamatkan oleh seorang nelayan setempat. Sayangnya, Triyanto hilang tenggelam.
"Basarnas Pos SAR Cilacap memberangkatkan dua tim rescue dengan mobil Dmax Rescue Carrier ke Sungai Banjaran dan Sungai Serayu Banjarnegara disertai peralatan water rescue, perahu karet, motor tempel, dan alat pendukung lainnya untuk melakukan operasi SAR," Moelwahyono menambahkan.