Sukses

King Cobra Piaraan Mahasiswa Riau Masih Bertaring dan Berbisa

Kandungan racun di dalam mulut king cobra bisa membunuh manusia dalam hitungan menit saja, tak terkecuali Amar.

Liputan6.com, Riau - Desisan king cobra sepanjang 4 meter tak membuat Amar bergidik. Dengan percaya diri, pria 25 tahun ini mengeluarkan reptil bernama latin Ophiophagus hannah dari sarangnya.

Memakai sebuah tongkat khusus ular, Amar lantas membawa reptil mematikan ini ke halaman rumah kontrakannya di Jalan Umban Sari, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Senin 9 April 2018 petang.

Di sebuah pohon sawit berumput, Amar mulai bermain dengan king cobra yang diperolehnya 4 bulan lalu di Kabupaten Pelalawan. Tak ada rasa canggung karena Amar sudah mengganggap ular ini sebagai sahabat baik.

Pun demikian, Amar tetap memperhatikan jarak ketika membelai sang raja kobra itu. Sesekali Amar berusaha mengelak ketika peliharaanya itu bersiap mematok.

Nyawa tentu saja menjadi taruhan Amar bermain dengan ular ini. Di mulut ular masih lengkap sepasang taring berbisa yang mengeluarkan bisa warna kuning. Kandungan racun di dalamnya bisa melayangkan nyawa dalam hitungan menit saja.

"Nih, lihat masih ada taringnya. Tu lihat keluat bisanya yang warna kuning," kata pria bernama lengkap Muamar Syahida ini meyakinkan orang-orang sekitar.

Beberapa atraksi ditunjukkan Amar menggoda ular mematikan ini. Mulai dari saling tatap, memegang kepala, mengangkat hingga mencium hewan yang juga suka memangsa sesama ular ini.

Amar bermain dengan king cobra ini tak ayal menjadi tontonan puluhan warga. Rumahnya di pinggir jalan membuat warga yang melintas berhenti menyempatkan diri melihat aksi Amar.

"Baru ditangkap ya, dari mana dapatnya. Asli gak ularnya tu, masih berbisa gak tu?" tanya beberapa warga yang melihat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

2 dari 2 halaman

Jika Taring Dicabut Ular akan Mati

Menurut pria kelahiran Solo, Jawa Tengah ini, ular peliharaan tak boleh dicabut taringnya. Mencabut sama halnya dengan membunuh ular secara perlahan.

Kata Amar, taring berfungsi mendorong makanan yang dilahap ulat secara bulat-bulat. Tanpa itu, ulat tak bisa makan dan akhirnya mati secara perlahan.

"Tak boleh dicabut taringnya, sama saja dengan membunuh. Ular akan mati tanpa taring," sebut mahasiswa akhir di Universitas Lancang Kuning ini.

Bagi Amar, king cobra ini merupakan salah satu peliharaan dari belasan ular yang dimilikinya. Dan ular jenis ini merupakan king cobra kedua yang sudah pernah dipeliharanya.

Beberapa tahun lalu, Amar yang besar di Pelalawan pernah memelihara ular serupa. Hanya saja ular itu mati karena luka di badannya tak kunjung sembuh akibat jeratan di hutan.

King kobra kedua ini, diperoleh Amar dari temannya di Pelalawan. Sekitar 4 bulan lalu, dia mendapat telepon dan dikabari bahwa ada king cobra yang terjerat.

Tak menunggu lama, pemuda yang kadung tertarik dengan ular ini langsung berangkat ke Pelalawan. Seorang diri, Amar menaklukkan ular ini dan membawanya ke Pekanbaru sebagai tambahan koleksi.

"Kalau ada ular terjerat, harus cepat diselamatkan. Tak boleh sampai sehari, bisa mati. Itulah yang terjadi pada king cobra pertama saya, terjerat dan terluka. Lukanya tak sembuh meski sudah diobati," terang Amar.

Di kontrakannya, ada belasan kandang dengan ular berukuran beda dan jenis beragam. Mulai ular derik, piton berbagai jenis serta ular yang tak berbisa.

Juga ada beberapa koleksi ular mati yang diawetkannya serta beberapa kulit ular hasil pergantian kulit baru. Semua hal itu dilakukannya karena kecintaan pada reptil.

Untuk merawat ulat ini, Amar mengeluarkan biaya sendiri. Ular ini biasanya dikasih potongan ayam, tikus, dan cicak.

"Biasanya cicak dikasih kepada ular yang berukuran kecil," kata Amar sembari menunjuk koleksi ular kecilnya.

Di kontrakan ini, Amar tinggal bersama beberapa mahasiswa lainnya. Hobi Amar ini mendapat dukungan dari orangtua dan rekannya, di mana belasan ular diletakkan di kamar khusus.