Sukses

Penyesalan Kuli Proyek yang KO Usai Pesta Miras Ginseng di Cicalengka

Kuli proyek itu mengaku sudah tiga tahun terakhir mengonsumsi miras oplosan yang disebut ginseng. Tapi, ginseng malam sebelum dirawat terasa berbeda.

Liputan6.com, Bandung - Andri Rizal (28) berjalan pelan keluar Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka. Ia memasukkan botol berisi cairan infus ke dalam jaketnya, sementara infus menempel di tangan kirinya.

Sambil memesan bakso tahu, ia menceritakan pengalamannya saat minum minuman keras (miras) oplosan pada Sabtu malam, 7 April 2018 lalu. "Waktu itu beres kerja proyek (bangunan) sama tiga teman. Beli ginseng dan tuak," tutur Andri kepada Liputan6.com, Selasa, 10 April 2018.

Tiga teman Andri adalah Deden, Aldi dan Ajay. Waktu itu mereka memesan dua botol ginseng dan satu botol tuak di sebuah warung yang berlokasi di Jalan Bypass Bandung-Garut.

Acara minum bersama berlangsung di dekat rumah Andri yang merupakan warga Kampung Panenjoan, Desa Tenjolaya. Sekitar jam 6 sore selepas bekerja, keempatnya minum ginseng dan tuak.

"Sudah biasa dari dulu juga gitu. Kalau dicampur jadi lebih slow. Kalau hanya ginsengnya saja terlalu keras (kadar alkoholnya)," ucap Andri.

Untuk dua jenis minuman tersebut, Andri dan kawan-kawan hanya mengeluarkan kocek Rp 40 ribu. Satu botol ginseng harganya Rp 15 ribu dan satu liter tuak hanya Rp 10 ribu.

Tapi, miras oplosan yang diminum mereka malam itu terasa berbeda. "Kecium bau obat. Biasanya kalau minum langsung enak. Ini mah malah lemes dan pusing," ungkapnya.

Keesokan harinya, pria yang sudah tiga tahun belakangan minum miras ini mendapati kabar ketiga rekannya dirawat di RSUD Cicalengka. Sadar ikut minum-minum malam itu, Andri mengaku kondisinya juga ikut mengalami gejala mual, pusing dan muntah.

"Karena dengar ada pengobatan ini saya datang ke rumah sakit, malam jam 9. Memang kerasa efeknya, bukan saat minum, tapi setelah besoknya," ujar Andri.

 

 

2 dari 2 halaman

Dijual Lebih Murah

Ia mencurigai produk ginseng yang dijual bukan produk yang biasanya. "Dulu harganya Rp 20 ribu. Tapi waktu beli kemarin itu dijual Rp 15 ribu," katanya.

Beruntung, ketiga rekan Andri selamat dari miras oplosan tersebut setelah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ia pun sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan medis pada Minggu malam.

"Karena murah jadi tergiur. Niatnya beli (miras) buat ngangetin. Tapi setelah tahu gini saya juga kapok," ungkapnya.

Sementara, tujuh rekannya yang lain minum di tempat berbeda namun dari minuman keras ginseng yang sama. Ia berpendapat kematian rekannya diakibatkan dosis yang berlebih.

"Kalau yang meninggal saya tahunya itu belinya dalam jumlah banyak dan tidak dicampur tuak. Tuak itu ibarat peredamnya. Kalau minum ginsengnya saja cepat naik (mabuk). Mungkin juga dioplos dengan zat lain," ucapnya berasumsi.

Saksikan video pilihan berikut ini: