Sukses

Ikut UNBK, 13 Siswa Pinogu Jalan Kaki 8 Jam Menembus Hutan

Salah satu siswa Pinogu yang berjalan kaki demi ikut UNBK nyaris terjatuh ke dalam jurang saat terpeleset di hutan.

Liputan6.com, Gorontalo – Selepas subuh, 13 remaja berjalan beriringan melintasi hutan belantara Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Langkah kaki mereka melangkah pelan karena harus menanjak punggung bukit.

Saat beristirahat, tas punggung yang berisi pakaian, buku pelajaran, dan seragam sekolah, sejenak dilepas untuk mengurangi beban perjalanan. Para remaja ini adalah siswa SMA Pinogu yang berjalan kaki demi mengikuti Ujian Nasional berbasis Komputer (UNBK).

Selama UNBK 2018, para siswa Pinogu memang harus melaksanakan ujian di SMK 1 Suwawa, Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Minimnya fasilitas membuat para siswa SMA Pinogu tidak memiliki pilihan selain mengikuti ujian di sekolah yang memiliki fasilitas yang lebih baik.

Zulkifli Datu (18), salah satu siswa menceritakan dua hari menjelang UNBK dimulai, mereka berjalan kaki selama delapan jam untuk keluar dari Kecamatan Pinogu yang berada di tengah hutan TNBNW.

Medan yang ditempuh juga melelahkan dan berbahaya. Jalanan mendaki, licin ditambah semak belukar membuat pejalan kaki harus tetap berhati-hati.

"Seorang teman terluka di kaki karena jatuh terpeleset ketika berjalan di tanjakan. Beruntung tidak jatuh ke jurang," ujar Zulkifli, saat ditemui usai pelaksanaan UNBK, Selasa, 10 April 2018.

Rekan Zulkifli, Adriano Patliangio (18) mengaku meski tidak mengalami kesulitan menjawab soal UNBK, tapi ia lebih senang jika ujian dilaksanakan di sekolah mereka.

Selain tidak perlu jauh berjalan kaki, mereka juga lebih hemat biaya. Selama empat hari pelaksanaan ujian, mereka harus menyiapkan minimal uang Rp 300 ribu untuk biaya makan sehari hari.

"Kalau ujiannya di Pinogu kan tidak butuh biaya banyak," ujarnya seraya tertawa.

 

 

2 dari 2 halaman

Mahal Biaya Transportasi

Para siswa SMA Pinogu berharap perjuangannya menempuh pendidikan di SMA bahkan harus jauh berjalan kaki untuk ikut UNBK dapat terbayar dengan kelulusan. Rencana pun sudah disiapkan setamat SMA nanti.

"Mau kuliah. Mudah-mudahan dapat beasiswa jalur prestasi," ucap Zulkifli Datu.

Minimnya fasilitas untuk pelaksanaan UNBK diakui pihak SMA Pinogu menjadi penyebab siswanya harus mengikuti ujian disekolah lain.

Komputer yang diberikan oleh Pemkab Bone Bolango belum dapat dibawa ke SMA Pinogu karena mahalnya biaya transportasi untuk mengangkutnya. Selain itu, di Kecamatan Pinogu juga belum terdapat jaringan internet.

"Sebenarnya ada enam komputer dan dua server. Namun, belum dibawa ke Pinogu karena mahalnya biaya angkut," ungkap Sri Darma Gaib, seorang guru di SMA Pinogu.

Maka itu, para siswa Pinogu selama UNBK menginap di salah satu rumah milik orangtua dari mantan kepala sekolah yang pernah bertugas di SMA Pinogu. Rumah itu juga sengaja dipilih karena cukup dekat dengan lokasi sekolah pelaksanaan UNBK.

"Rencananya siswa satu minggu kita inapkan di sini," kata Sri.

Saksikan video pilihan berikut ini: