Sukses

Greenpeace: Tiap Pagi, Kualitas Udara di Buleleng Cukup Berbahaya

Menurut Bondan kualitas udara buruk di sekitar Celukan Bawang oleh karena pembakaran batubara oleh PLTU

Liputan6.com, Denpasar Organisasi lingkungan hidup dunia, Greenpeace melakukan pengukuran kualitas udara di Bali berkaitan dengan kadar polutan yang membahayakan bagi manusia. Dari hasil tersebut, Greenpeace menemukan data mencengangkan yakni di mana polutan berbahaya ditemukan cukup tinggi di wilayah Kabupaten Buleleng, khususnya di sekitar PLTU Celukan Bawang.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu menuturkan, dari hasil pengukuran yang dilakukan Greenpeace di sekitar PLTU Celukan Bawang yang menggunakan batubara, didapati hasil jika kualitas udara di sana amat buruk.

“Di sekitar PLTU Celukan Bawang itu setiap pagi sekitar pukul 04.00-07.00 WITA kadar PM2.5 sangat tinggi mencapai di atas 50 µg/m3. Artinya, itu sedang terjadi aktivitas yang cukup tinggi di sana. Padahal, kadar PM2.5 yang diperbolehkan oleh WHO yakni 25 µg/m3 dalam 24 jam,” papar Bondan kepada Liputan6.com saat ditemui di Kapal legendaris milik Greenpeace, Rainbow Warrior yang berlabuh di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Sabtu (14/4/2018).

Pada kunjungannya ke Bali, Greenpeace juga secara resmi meluncurkan aplikasi pengukuran kualitas udara di Bali yang diberi nama UdaraKita. Sebenarnya, aplikasi ini pernah diluncurkan secara khusus untuk mengukur kualitas udara di Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta. Kini, aplikasi tersebut resmi diluncurkan di Bali.

Bondan menjelaskan, dengan telah diluncurkannya aplikasi tersebut, publik Bali kini bisa mengukur kadar kualitas udara di sekitar mereka. Ada tiga titik alat yang dipasang oleh Greenpeace untuk mendukung pengukuran kualitas udara di Bali yakni di Buleleng, Denpasar dan Kuta.

 

 

2 dari 3 halaman

Download untuk Android dan IOS

“Untuk menggunakan alat ini tinggal di download melalui perangkat Android dan IOS. Tahun lalu aplikasi ini kami kembangkan khusus untuk di Jakarta. Tapi hari ini kita luncurkan juga di Bali. Jadi, Bali adalah provinsi kedua yang sudah diluncurkan aplikasi UdaraKita,” ujar Bondan.

Melalui aplikasi ini masyarakat Bali bisa mengukur kualitas udara di sekitar mereka. Selain itu, masyarakat bisa berpartisipasi dengan mengirimkan gambar dan membuat laporan melalui aplikasi tersebut. “Jadi kita bisa tahu sumber polutan di sekitar kita, missal sumbernya berasal dari alat transportasi, PLTU, ada pengasapan dan lainnya,” terang dia.

3 dari 3 halaman

Polutan Berbahaya PM2.5

Aplikasi UdaraKita, Bondan melanjutkan, juga mampu mengukur polutan berbahaya Particulate Matter (PM) 2.5. menurut dia, PM2.5 amat berbahaya karena ukurannya yang sangat kecil. “Ukurannya itu sepertiga helai rambut manusia. Jadi PM2.5 ini tidak hanya masuk ke dalam hidung bila terhirup, tetapi juga ke tenggorokan dan paru-paru,” tuturnya.

Jika menghirup dalam kadar yang cukup besar dan lama, Bondan menyebut akan ada efek berbahaya yang ditimbulkan dalam jangka panjang seperti stroke dan kanker. “Kami mendesak agar berhentilah menggunakan energi kotor dan mari beralih ke energi bersih dan terbarukan,” tuturnya.