Liputan6.com, Banyumas - Air keruh di kolam kandang berukuran sekitar 7x4 meter itu bergolak hebat tatkala sepotong daging ayam dilempar ke lantai beton tak berair. Dari dalam kolam, muncul dua kepala buaya berukuran jumbo.
Dengan kecepatan mengagumkan, dua sosok buaya muara (Crocodylus porosus) lantas melompat dari dalam air dan menyambar potongan daging tersebut. Melihat cara buaya menyambar makanan, dapat dibayangkan betapa ganasnya mereka saat berada di alam liar.
Rambo, buaya berumur 12 tahun dengan bobot sekitar dua kwintal tampak sigap menyergap makanan yang dilempar. Tetapi, Guntur, buaya muara yang lebih besar, berbobot 2,5 kwintal, dan tua, tampaknya menjadi penguasa kandang sesungguhnya.
Advertisement
Baca Juga
Rambo mundur begitu, buaya berumur 24 tahun itu melemparkan tubuhnya ke lantai cor beton. Lima lemparan daging, Guntur empat kali menyambar. Dua sisanya, baru dimakan oleh Rambo. Itu pun, setelah Rambo memastikan Guntur kenyang dan tetap berendam di kolam yang lebih besar.
Sebagai predator puncak, di alam liar, buaya pun berkasta. Buaya berukuran paling besar lah yang biasanya menguasai teritori tertentu.
Ia akan ganas jika ada buaya lain yang dianggap saingan. Mereka tak segan mengusir, melukai bahkan membunuh buaya lain yang melanggar kawasannya.
Guntur, Buaya Betina 2,5 Kwintal Berasal dari Pesantren Demak
Sebab itu, meski berada di dalam kandang yang sama, pemilik penangkaran buaya, Fatah Arif Suyanto membuat dua kolam. Satu kolam berukuran lebih besar dari lainnya. Dan Guntur, menguasai kolam yang lebih besar.
“Guntur ini, meski yang paling ganas dan superior, tidak pernah melanggar batas wilayah Rambo. Sepertinya dia juga menghormati kekuasaan Rambo yang lebih dahulu berada di sini, meski lebih muda,” ucap Fatah, Selasa, 11 April 2018.
Rambo adalah buaya yang lahir di penangkaran (F2) F2 berasal dari Penangkaran Buaya Blanakan, Subang, Jawa Barat. Adapun Guntur berasal dari sebuah pesantren di Demak.
Rambo tiba di penangkaran Dawuhan Kulon, Kedungbanteng, Banyumas lima tahun lalu. Adapun Guntur, datang dua bulan lalu, pada Februari 2018.
Awalnya, Fatah mengira Rambo adalah buaya jantan. Karenanya, ia diberi nama Rambo. Belakangan, ia tahu, Rambo adalah buaya muara betina yang bongsor.
Adapun Guntur, sejak awal memang diketahui berjenis kelamin betina. Buaya itu merupakan titipan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, hasil penyerahan sebuah pesantren di Demak.
Advertisement
Butuh Buaya Jantan Dominan untuk Taklukkan dua Buaya Muara Betina Jumbo
Keganasan dua buaya betina jumbo di penangkaran buaya Banyumas itu membuat Fatah kesulitan mencari jodoh pejantan tangguh. Padahal, dua buaya itu sudah lebih dari cukup umur untuk kawin.
Ada dua buaya jantan di penangakaran buaya Banyumas. Salah satunya berbobot 2 kwintal lebih dan diperkirakan berusia 27 tahun.
Masalahnya, buaya ini adalah jenis buaya Papua. Kawin silang adalah hal illegal dan benar-benar dilarang. Sebab, akan menghasilkan keturunan campuran yang mengancam plasma nutfah.
Satu buaya jantan lainnya sebenarnya berjenis buaya muara. Tetapi, tubuhnya masih terlalu lemah untuk malawan dominasi dua buaya muara buaya tersebut.
Bobot buaya muara jantan itu berkisar 150 kilogram. Umurnya pun, baru tujuh tahun. Buaya jantan belum bernama ini tak cukup keberanian menghadapi dua buaya betina jumbo.
“Sulit mencari buaya jantan muara yang bobot tubuhnya sepadan,” dia menjelaskan.
Namun begitu, Fatah tetap bersabar. Ia yakin, cepat atau lambat ia bakal mendapatkan buaya jantan yang cukup tangguh untuk dikawinkan dengan dua buaya muara betina itu.
Tiap hari, ia merawat baik-baik 26 buaya yang berada di penangkaran. Ia menjaga kebersihan, mengontrol sanitasi dan menjaga agar buaya-buaya itu tetap sehat.
“Saya ada rencana untuk membuka penangkaran buaya ini untuk wisata edukasi,” dia menambahkan.