Sukses

Aksi Emak-Emak Berjarit Adu Gowes Becak di Hari Kartini

Walau berjarit sebagai bawahan, emak-emak di Solo bersemangat menggowes becak balap.

Liputan6.com, Solo - Berbagai cara dilakukan untuk memperingati Hari Kartini yang jatuh pada hari ini, Sabtu (21/4/2018). Salah satunya seperti yang dilakukan Komunitas Pejalan Kaki (KPK) Solo dengan menggelar lomba menarik becak. Kegiatan tersebut diikuti oleh emak-emakyang mengenakan busana kebaya lengkap dengan bawahan jarit.

Kegiatan untuk memperingati Hari Kartini diawali dengan jalan santai keliling alun-alun. Saat jalan santai, mereka membawa foto RA Kartini serta spanduk yang bertuliskan pesan-pesan RA Kartini dalam memperjuangkan emansipasi perempuan.

Setelah selesai jalan santai, kemudian acara dilanjutkan dengan upacara Hari Kartini. Peserta tak hanya dari kalangan anggota KPK, namun juga dari komunitas pejalan kaki lainnya, seperti dari Kompak dan Tautan Hati. Mereka mengikuti upacara dengan khidmat.

Acara puncak peringatan Hari Kartini yang diselenggarakan KPK adalah menggelar lomba menarik becak yang diikuti para emak-emak. Para peserta yang semuanya kaum hawa itu bersemangat mengikuti adu balap becak, padahal pakaian yang mereka kenakan adalah busana kebaya lengkap dengan jarit panjang sebagai bawahan.

Ada dua becak yang disiapkan untuk adu balap tersebut. Masing-masing becak ditarik satu orang dan berisi satu orang penumpang. Ketika bendera start diangkat, para emak-emak pun terlihat langsung beradu cepat menggenjot pedal becak. Saking semangatnya, ada beberapa peserta yang sampai keluar lintasan balap karena terlalu cepat dan tidak bisa mengontrol kemudinya.

Aksi balapan becak para emak pun menjadi pusat perhatian masyarakat umum yang sedang mengisi kegiatan olahraga di Alun-alun Selatan Keraton Solo. Mereka pun ikut menyemangati para peserta yang ikut berlomba adu balap menarik becak. Bahkan, sejumlah penonton turut berlarian di belakang becak peserta untuk memberikan dukungannya.

 

2 dari 2 halaman

Emak-emak Balapan Becak

Salah satu peserta, Sri Wahyuni mengaku cukup senang dengan acara yang unik untuk memperingati Hari Kartini. Ia mengaku baru pertama kali mengikuti lomba menarik becak. Tak pelak jika dalam adu balap memancal becak sempat mengalami kesulitan karena busana yang dikenakannya.

"Kita pakai baju kayak gini, jadi kurang luas dan bebas. Apalagi ditambah dengan memakan sepatu high heels," kata dia di Alun-alun Selatan Keraton Solo.

Wahyuni menambahkan, menarik becak ternyata tidak hanya tenaga yang dibutuhkan, tapi juga konsentrasi. Jika konsentrasi tidak penuh, kemudi becak akan nyelonong keluar lintasan saat dipacu cepat.

"Ya, mungkin belum terbiasa saja ya. Terus ini becak satu dengan lainnya ternyata konstruksinya beda," keluhnya.

Sementara itu, ketua panitia peringatan Hari Kartini KPK Solo, Heni Sulistyorini menjelaskan adu balap becak bermakna mengusung semangat emansipasi RA Kartini yang ingin menyejajarkan kaum perempuan dengan laki-laki.

"Tujuan kegiatan itu biar kita tahu kalau narik becak yang dilakukannya bapak-bapak itu seberat apa sih. Nah, ternyata dengan lomba ini ternyata ibu-ibu bisa juga menarik becak," ucapnya.

Ia menyatakan semangat Kartini harus dicontoh. Ia pun sangat bersyukur berkat perjuangan emansipasi perempuan yang digaungkan Kartini, kini sejumlah kaum perempuan berhasil menduduki jabatan penting di republik ini.

"Berkat Kartini, kini kaum perempuan ada yang jadi presiden, kepala daerah, dokter, menteri, polisi, tentara dan lainnya," kata dia dengan penuh bangga.

Kegiatan peringatan Hari Kartini yang dilakukan komunitas pejalan kaki itu ditutup dengan acara fashion show. Para peserta yang ikut acara tersebut mengenakan busana adat kebaya dan jarit.

Jalan di tengah alun-alun pun disulap seolah menjadi catwalk.Layaknya seorang pergawati, mereka pun berlenggak-lenggok memperagakan busana kebaya di atas catwalk. Peragaan busana itu juga dinilai oleh para juri.

Saksikan video pilihan berikut ini: