Sukses

Perilaku Harimau Bonita Berubah Usai Mangsa Anjing Kampung, Benarkah?

Terkait perubahan perilaku, Bonita adalah harimau ketiga di dunia yang menjadi objek penelitian.

Liputan6.com, Pekanbaru - Harimau Bonita menjadi penghuni baru di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatera Barat. Panthera tigris sumatrae ini sampai di sana usai direlokasi dari Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir, Riau, pada Sabtu sore, 21 April 2018.

Tak seperti layaknya binatang buas, harimau Bonita tak menunjukkan agresivitas. Tak ada auman atau nada peringatan ketika "Datuk Belang" ini dilihat sejumlah orang saat berada di kandang.

Sesekali Bonita menikmati ayam yang dimasukkan petugas ke kandang tanpa terusik dengan jepretan kamera. Sebuah perilaku yang kemudian menarik perhatian kalangan peneliti di dunia.

Menurut Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Mulyo Hutomo, penelitian yang akan dilakukan terhadap Bonita ini merupakan penelitian ketiga di dunia terhadap harimau. Sebelumnya, penelitian serupa digelar di Rusia dan India.

Penelitian ini juga akan melengkapi kajian tiga spesies harimau. Pertama, harimau Siberia; kedua, harimau Benggala; dan harimau Sumatera dalam kasus Bonita.

"Jika jadi dilakukan objek penelitian, ini menjadi ketiga di dunia dan pertama dilakukan di Indonesia," ucap Hutomo, Senin (23/4/2018) siang.

Di samping itu, kondisi harimau Bonita selama berada di kandang rehabilitasi dinyatakan sehat dan terlihat gemuk. Bonita lebih banyak bermalas-malasan seperti duduk dan tidur.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 3 halaman

Virus Penyerang Bonita

Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo selaku pemilik pusat rehabilitasi itu, Catrini Pratihari Kubontubuh, menyebut penelitian akan dilakukan tim dokter hewan dari yayasannya.

Wanita yang dipanggil Ari ini menyebut penelitian di Rusia dan India juga terkait perubahan perilaku harimau. Harimau yang jadi objek di sana perilakunya sama dengan Bonita, yaitu tidak takut dengan manusia dan lebih aktif pada siang hari.

"Penelitian akan berlangsung lama, bisa bulanan bahkan tahunan, sama seperti di Rusia dan India. Ini berguna untuk kita semua," ujar Ari.

Meski tidak tahu detail hasil penelitian di Rusia dan India, Ari mengatakan perubahan perilaku diduga karena adanya kandungan virus dalam tubuh harimau. Biasanya berasal dari makanan yang disantap harimau.

Virus itu bernama Canine Distemper Virus (CDV). Virus ini ditularkan melalui anjing karena hewan ini paling banyak terserang virus tersebut. "Bisa saja harimau Bonita terserang virus CDV. Apalagi, Bonita disebut pernah memakan anjing warga," ujarnya.

Menurut dia, virus itu cukup berbahaya terhadap saraf otak harimau. Jika terjangkit, sifat harimau bisa berubah. Salah satunya, tidak takut dengan manusia.

Secara umum, Bonita usai tertangkap terlihat sehat secara fisik. Tidak seperti hewan sakit, tapi akan ketahuan jika diteliti lebih dalam karena perubahan drastis perilakunya.

 

3 dari 3 halaman

Pemulihan Efek Bius

Saat ini, beberapa dokter hewan, termasuk drh Andita Septiandini dan drh Deni, fokus pada pemulihan efek bius. Kemudian, mereka akan mengecek darah dan tes medis lainnya yang hasilnya akan keluar 14 hari ke depan.

"Kalau hasil darah sudah dapat, kemudian hasil kesehatan lainnya kita kumpulkan. Dari situ dilakukan rehabilitasi sekaligus penelitian," tegas Ari.

Di samping itu, jika penelitian sudah dilakukan dan perilaku Bonita kembali seperti harimau liar lainnya, kemungkinan "Datuk Belang" itu akan dilepasliarkan ke habitatnya.

Habitat di sini tentu saja bukan di Pelangiran lagi. Tim akan mencari lokasi lain yang aman dari keberadaan pemburu dan pakannya tersedia banyak.

"Kalau pakan tidak ada, maka bisa saja harimau ini mencari pakan ke permukiman masyarakat," ujarnya.