Liputan6.com, Jakarta - Lantai hutan merupakan bagian dari struktur hutan yang kerap kali dianggap tidak berfungsi apa-apa dibandingkan dengan struktur pohon, kanopi, atau bentuk perakaran. Namun demikian, hewan-hewan penghuni lantai hutan ini sangatlah menarik, seperti sang penguasa rimba yakni Harimau Sumatera yang menggunakan wilayah lantai hutan sebagai area berburu mereka.
Adapun burung-burung yang kesannya hanya hidup di atas pohon atau wilayah berkanopi, ternyata ada juga yang hidup dan beraktivitas di lantai hutan. Sempidan merah sumatera atau beberapa masyarakat di Riau menyebutnya sebagai ayam hutan merah, merupakan burung yang terancam punah dan keberadaannya sangat tergantung akan kondisi lantai hutan.
Dikenal dengan nama Latin Lophura erythropthalma merupakan burung endemik hutan Sumatera. Dahulu dianggap sebagai satu jenis dengan Sempidan merah yang ada di Kalimantan. Menurut data terbaru IUCN serta dari publikasi Handbook Birds of the World jenis ini dipisah daerah persebarannya menjadi Sumatera dan Kalimantan.
Advertisement
Baca Juga
Burung ini mempunyai ciri-ciri tubuh berukuran sedang. Jantannya memiliki panjang 47-51 cm dan betina 42-44 cm. Umumnya berwarna hitam mengkilap bercampur ungu kebiruan. Pejantan berekor pendek seperti ekor ayam betina. Warna bulu ekor kuning kecokelatan seperti warna cokelat karamel.
Pada betina tanpa warna kuning kecoklatan pada ekor. Pangkal ekor berwarna hitam. Kepala tanpa hiasan jambul namun memiliki topeng warna merah di jantan maupun betina. Sempidan merupakan jenis yang sangat sensitif terhadap kehadiran manusia maupun perubahan struktur lantai hutan.
Kelembaban lantai hutan menjadi faktor penting dalam kehidupan burung ini, hal ini tidak terlepas dari kebiasaan burung ini dalam mencari makanan dengan mengorek-ngorek lantai hutan untuk mencari buah yang jatuh, cacing maupun serangga kecil lainnya.
Sempidan merah sumatera akan menghilang jika lantai hutan mengalami kekeringan akibat hilangnya pohon-pohon besar yang menaungi lantai hutan tersebut. Jadi sangat erat kaitannya antara degradasi hutan dan hilangnya habitat sempidan merah sumatera, terutama di hutan gambut.
Hutan gambut yang menjadi habitat utama sempidan merah sumatera, dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Dari salah satu kajian mengenai hutan gambut di Sumatera, saat ini dari total keseluruhan hutan gambut di Sumatera, 80 persen sudah mengalami kerusakan dan sisanya tinggal menunggu waktu apakah tetap akan lestari atau berubah fungsi.
Hutan gambut mempunyai fungsi sebagai cadangan karbon yang di mana bila hutan hilang, terbuka atau berubah fungsi, maka kandungan karbon (CO2) akan terlepas ke udara dan membuat suhu Bumi meningkat hingga 2 derajat jika sebagian besar karbon dari hutan gambut sumatera terlepas ke udara.
Hilangnya hutan gambut akan mengubah struktur lantai hutan dan berakibat hilangnya sempidan merah sumatera. Dukungan seluruh pihak agar burung ini tetap lestari dan hutan gambut Sumatera terjaga keasriannya.
Ady Kristanto - Peneliti Fauna & Flora International Indonesia Programme (FFI-IP)
Saksikan video pilihan di bawah ini: