Sukses

Sambut Ramadan, Mantan Anggota GAM Siapkan Syukuran di Makam Cut Meutia

Penjaga makam Cut Meutia, Muda Wali, mengaku sudah menerima bantuan tujuh ekor kambing yang nantinya akan dimasak dan disiapkan makanannya.

Liputan6.com, Lhoksukon - Komite Peralihan Aceh (KPA) Daerah III Teungku Chiek di Payabakong Wilayah Samudra Pasee, dijadwalkan menggelar syukuran di makam pahlawan nasional asal Aceh, Cut Meutia, di kawasan pedalaman Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara.

Wakil Panglima KPA D-III, Muhammad Azmuni alias Bodrex, mengatakan bahwa syukuran dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 1439 Hijriah direncanakan digelar pada Minggu (29/4/2018).

"Pelaksanaan kegiatan ini juga sebagai bentuk silaturahmi sesama mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 1439 Hijriah," ucap Bodrex, di Lhoksukon, dilansir Antara, Sabtu, 28 April 2018.

Ia menjelaskan, KPA Pasee telah menyerahkan tujuh ekor kambing kepada penjaga makam, sebagai salah satu bahan lauk untuk makanan yang nantinya akan dinikmati secara bersama-sama.

"Insyaallah kegiatan ini akan digelar Minggu, kita mengajak semua mantan kombatan daerah III Teungku Chiek di Paya Bakong untuk turut serta," imbuhnya.

Bodrex berharap, dengan adanya kegiatan seperti ini, maka dapat terus menjaga solidaritas serta kekompakan sesama mantan kombatan GAM. Syukuran serupa, insyaallah akan dilaksanakan setiap tahunnya.

Adapun penjaga makam Cut Meutia, Muda Wali, mengaku sudah menerima bantuan tujuh ekor kambing yang nantinya akan dimasak dan disiapkan makanannya. Ia berharap agar cuacanya mendukung dan tidak turunnya hujan, sehingga pelaksanaan kegiatan ini berlangsung lancar tanpa ada hambatan.

"Kami siap menyambut kedatangan rekan-rekan mantan kombatan GAM daerah III," ujar penjaga makam Cut Meutia tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Cut Meutia, Pahlawan Nasional asal Perlak Aceh

Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com, beberapa waktu lalu, Cut Meutia adalah sosok lain wanita pemberani yang dimiliki Aceh. Lahir di Perlak, Aceh, pada 1870. Dia tumbuh dalam suasana perang. Bersama suaminya, Teuku Cik Tunong, ia memimpin perang di daerah Pasai. Untuk menghadapi pasukan Belanda yang memiliki persenjataan lengkap, pasangan suami-istri itu menggunakan taktik gerilya.

Perlawanan mereka pun menimbulkan kerugian yang tak sedikit di pihak Belanda. Namun nahas, Teuku Cik Tunong ditangkap pasukan Belanda dan dijatuhi hukuman tembak.

Beberapa lama setelah kematian suaminya, Cut Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru yang merupakan orang kepercayaan Teuku Cik Tunong. Keduanya lalu kembali melanjutkan perjuangan mereka.

Namun, semakin lama mereka makin terdesak. Hingga akhirnya Pang Nangru tewas di tangan pasukan Belanda. Hanya saja, Cut Meutia yang kembali kehilangan suami pantang mundur, meskipun diminta untuk menyerahkan diri. Dia hidup berpindah-pindah dengan anaknya di belantara rimba.

Suatu hari, persembunyiannya terungkap. Meski tersudut dia tak menyerah. Dengan sebilah rencong di tangan, 24 Oktober 1910, Cut Meutia mencoba melakukan perlawanan. Namun tak cukup untuk membendung lesatan peluru yang ditembakkan tentara Belanda. Dia pun gugur.

Atas jasa-jasanya, pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada Cut Meutia lewat SK Nomor 107 Tahun 1964.