Sukses

Dua Pekan Jelang Ramadan, Harga Sayuran di Garut Turun

Dua pekan menjelang datangnya bulan suci Ramadan 1439 H, harga mayoritas sayuran di kabupaten Garut, Jawa Barat justru mengalami penurunan.

Liputan6.com, Garut - Dua pekan menjelang datangnya bulan suci Ramadan 1439 Hijriah, harga mayoritas sayuran di Kabupaten Garut, Jawa Barat, justru mengalami penurunan. Pasokan yang melimpah diduga menjadi faktor melemahnya harga pangan tersebut. Garut.

"Secara umum harga (pangan) masih terkendali tidak ada kenaikan signifikan," ujar ketua satgas pengendalian pangan Garut, AKBP Budi Satria Wiguna, saat sidak di pasar Induk Ciawitali, Garut, Rabu (2/5/2018).

Menurut Budi, dua pekan menjelang datangnya momen Ramadan bagi kaum muslim, pemerintah harus memastikan ketersediaan stok dan harga pangan yang terjangkau masyarakat.

"Kecuali tepung tapioka (naik) yang lainnya mayoritas turun," ujar Kapolres Garut tersebut.

Dalam inspeksi mendadak pagi ini di pasar Induk Ciawitali, Garut, tim gabungan satgas pengendalian pangan memastikan, tidak ada lonjakan harga yang signifikan. "Daging, telur, beras hingga sayuran aman semuanya," kata dia.

Bahkan kekhawatiran beredarnya daging sapi gelonggongan, ayam tiren (mati kemarin) hingga ayam suntik yang kerap dikeluhkan masyarakat menjelang ramadan, hingga tadi pagi belum terbukti. "Memang indikasi tetap ada, tapi hasil sidak hari ini belum ditemuman, laporkan saja jika menemukan," pinta Budi.

Menurutnya, ketiga praktek di atas bertentangan dengan hukum dagang Indonesia, dan sangat merugikan masyarakat, sehingga sejak dua pekan sebelum ramadan hingga sepekan pasca-Lebaran atau Idulfitri nanti, lembaganya akan terus melakukan pantauan harga.

"Pokoknya kalau ada indikasi pidana kami akan proses secara hukum," ancam dia dengan tegas

Rencananya, selain sidak ke pasar tradisional, lembaganya akan melakukan upaya serupa ke toko minimarket sekitar permukiman warga, pangkalan gas hingga pangkalan persediaan bahan pokok lainnya. "Nanti waktunya bertahap, lihat saja nanti," kata dia.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, Rabu pagi tadi, harga mayoritas sayuran yang mengalami penurunan antara lain, Wortel dijual Rp 5 ribu dari sebumnya Rp 8 ribu per kilogram, kentang dijual Rp 10 ribu dari sebelumnya Rp 18 ribu per kilogram, daun kol dijual Rp 5 ribu dari sebelumnya Rp 10 ribu per kilogram.

Kemudian bawang daun dijual Rp 8 ribu dari sebelumnya Rp 12 ribu per kilogram, cabai merah dan cabai kriting yang biasanya meroket, pagi tadi hanya dijual Rp 25 ribu dari sebelumnya Rp 32 ribu per kilogram, bawang putih dijual Rp 22 ribu dari sebelumnya Rp 28 ribu per kilogram, bawang merah Rp 20 ribu dari sebelumnya Rp 24 ribu per kilogram, bawang daun Rp 8 ribu dari sebelumnya Rp 12 ribu per kilogram.

Ofik (32), salah satu pedagang sayuran di Pasar Induk Ciawitali, Garut mengatakan, fenomena penurunan harga sayuran menjelang puasa baru terjadi tahun ini dalam tiga tahun terakhir. "Tahun lalu dua pekan sudah mulai naik, sekarang malah turun," imbuhnya.

Penurunan harga itu diduga akibat melimpahnya pasokan komoditas sayuran dari petani saat ini, sedangkan tahun lalu, pasokan dinilai terlambat masuk pasar, sehingga harga merangkak naik. "Tapi saya prediksi nanti sepekan atau tiga hari sebelum puasa pasti naik," katanya.

Meskipun demikian, pemerintah diminta tetap memantau untuk menstabilkan harga, sehingga kenaikan bahan pangan tetap dalam taraf wajar, tidak memberatkan konsumen di Garut. "Kan kalau terlalu mahal, saya juga menjualnya berapa, nanti malah merugi," ujar dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Program Penyangga Pangan

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika menambahkan, sesuai instruksi pemerintah pusat mulai tahun ini, untuk menjaga kenaikan harga pangan termasuk sayuran menjelang ramadan, lembaganya telah melakukan program penanaman untuk penyangga pangan beberapa komoditas sejak tiga bulan lalu.

"Ada cabai kriting, cabai merah, cabai enul, dan kentang yang kami tanam," kata dia.

Upaya itu dinilai tepat menekan harga pangan, sebelum masuknya bulan suci Ramadan tahun ini yang diperkirakan mulai pertengahan bulan Mei ini. "Makanya awal puasa hingga lebaran, kami prediksi harga bakal stabil, kalau pun naik masih taraf normal," ujarnya.

Beni mengakui, berdasarkan pengalaman sebelumnya, terlambatnya suplai pangan masuk pasar, akibat seretnya pasokan di petani, kerap menimbulkan kenaikan harga yang signifikan, sehingga diperlukam upaya khusus mencegahnya. "Hasil sidak hari mulai terlihat, mayoritas harga (pangan) termasuk sayuran turun," ungkap dia.

Dengan melimpahnya sejumlah komoditas pertanian di petani, lembaganya berharap harga sayuran di tingkat pengecer hingga konsumen, bisa terjaga dengan baik tanpa menimbulkan gejolak harga yang meresahkan masyarakat.

"Kecuali bawang putih yang masih impor, yang lainnya terbilang aman dan pasokan melimpah," tuturnya.