Liputan6.com, Jakarta Sungguh malang nasib bocah penderita hidrosefalus, Rifki Riyanto asal Sumenep, Madura, Jawa Timur. Di usianya yang masih lima tahun ia tidak bisa menikmati masa indah seperti layaknya anak-anak pada umumnya.
Kondisi kepala yang terus membesar membuat tubuhnya tak lagi mampu menopang. Ia hanya menghabiskan hari-harinya terbaring lemas tak berdaya.
Meski demikian, Rifki masih bisa tersenyum melihat teman seumurannya bermain. Ia juga tampak antusias untuk bergabung, namun bocah lima tahun itu tak bisa lepas dari gendongan.
Advertisement
Maimunah, ibu bocah penderita hidrosefalus itu tampak menahan sesak di dada. Sebagai orang tua, ingin anaknya ikut bermain layaknya bocah seusianya. Tetapi, Maimuna tak bisa berbuat banyak. Keterbasan biaya membuatnya urung untuk membawa anaknya ke dokter.
Baca Juga
"Waktu umur sembilan bulan pernah dioperasi. Tapi keterbatasan biaya membuat kelurga tidak bisa apa-apa, sehingga operasi lanjutan tidak diteruskan," katanya kepada Liputan6.com, Kamis, 3 Mei 2018.
Pada operasi tahap awal, Maimunah memndapatkan dana bantuan dari salah satu anggota dewan dapil Madura. Namun uang itu hanya cukup untuk membayar biaya operasi hidrosefalus tahap pertama. Kini, Maimunah sedang mengumpulkan uang dari kerjanya yang serabutan.
"Ingin sekali melanjutkan operasi, tapi apa daya uang yang saya kumpulkan belum cukup,” keluhnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Butuh Bantuan
Jika tidak segera dioperasi, semakin lama kondisi bocah dari pasangan Subli (45) dan Maimuna (30) semakin memprihatinkan. Selain kepalanya membesar, ia juga sering terserang penyakit, seperti demam tinggi dan diare.
"Kami sering membawanya ke Puskesmas," katanya.
Ia beraharap pemerintah mau memperhatikan nasib anaknya. Maimunah bersedia melakukan apa saja agar anaknya mendapatkan kesempatan operasi lanjutan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumenep, A. Fatoni berjanji akan membantu bocah penderita hidrosefalus tersebut. Pihaknya tengah berkoordinasi dengan Puskesmas dan rumah sakit daerah untuk mendapatkan pengobatan gratis.
"Jika perlu dirujuk, kami akan rujuk. Jadi untuk biaya bisa menggunakan BPJS, namun apabila tidak bisa, akan menggunakan Jamkesda," katanya.
Advertisement