Liputan6.com, Garut Tidak ada acara longmach, corat-coret seragam, hingga aksi vandalisme di samping jalan dalam aksi kelulusan tahun ini. Ratusan pelajar lulusan SMKN 1 Garut, Jawa Barat ini justru dikumpulkan di mesjid sekolah. Garut
Mereka melakukan zikir dan berdoa bersama, tausiah hingga mengumpulkan baju bekas pakai, untuk kembali digunakan adik kelasnya yang membutuhkan. Sungguh mulia aksi kelulusan mereka.
"Sayang juga, apalagi bajunya masih layak pakai," ujar Rizky Apriliyandi, lulusan SMKN 1 Garut, seusai pengumuman kululusan, di mesjid Al-Jauhari, kompleks sekolah, Kamis sore (3/5/2018).
Advertisement
Menurut lulusan Teknik, Komputer dan Jaringan 2018 ini, acara hura-hura kululusan yang biasa digelar siswa tahun sebelumnya, tidak banyak memberikan manfaat bagi mereka.
Baca Juga
Selain membuang waktu percuma, seragam sekolah yang sedianya masih layak pakai, akhirnya terbuang percuma paska corat-coret. "Mendingan kita berikan lagi pada adik kelas yang membutuhkan," ujar dia.
Ia mendukung upaya sekolah yang mengisolasi kegiatan kelulusan di sekolah salah satunya dengan tausiah di mesjid, sebab dengan upaya itu, para lulusan yang akan masuk dunia kerja memiliki bekal mental yang cukup. "Apalagi tadi banyak juga informasi kerja yang disampaikan pak kepala sekolah," ungkap dia.
Kepala SMKN 1 Garut, Dadang Johar Arifin mengakui, pola pengumuman kelulusan yang dilakukan sekolah tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Para lulusan kata dia, sengaja dikumpulkan di masjid besar sekolah untuk menggelar doa bersama.
"Ngapain konvoi, saya ajak ke masjid supaya jadi anak baik," ujar dia.Â
Muhasabah di Masjid
Dalam prakteknya, mereka diajak berdoa bersama, diberikan siraman rohani dan pembekalan mental, agar setelah lulus siap menghadapi kerasnya kehidupan termasuk dunia kerja. Tak jarang diantara mereka sampai menitikan air mata.
"Ingat keluar dari sini jangan jadi persoalan bangsa, persoalan sosial, jangan jadi sampah di Republik Indonesia ini, tetapi harus memberikan solusi," ujar dia mengingatkan.
Dampaknya, para siswa lulusan tahun ini dinilai lebih tertib dan hidmah, sedangkan acara konvoi, curat-coret seragam ditiadakan pihak sekolah.
"Ini pendidikan karakter, ngapain baju corat coret dan lainnya itu sudah primitif," kata dia menegaskan larangannya pada para lulusan.
Ia menambahkan, tahun ini sekitar 727 siswanya dinyatakan lulus tanpa ada masalah akademik dan etika yang mengganjal. "Alhamdulillah lulus semua, bahkan ada lulusan kita nilai matematikanya ada 10, sangat membanggakan," kata dia.