Liputan6.com, Yogyakarta Perhelatan seni kontemporer tahunan ARTJOG kembali digelar di Jogja Nasional Museum selama satu bulan, mulai 4 Mei sampai 4 Juni 2018. Ratusan karya seniman terpampang di tiga lantai bangunan yang berjarak dua kilometer dari pusat kota Yogyakarta itu.
Bukan sekadar karya atau instalasi seni rupa, melainkan juga berisi pesan-pesan soal pencerahan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai tema ARTJOG yang memasuki tahun ke-11 yakni Enlightenment atau Pencerahan, seniman ikut mengimplementasikan makna pencerahan secara beragam.
Meskipun demikian pencerahan yang ditampilkan memiliki benang merah berupa upaya untuk mengusir kegelapan atau membawa siapa pun yang masih terbelenggu kegelapan menjadi terang.
Advertisement
Baca Juga
Memasuki pintu utama ARTJOG 2018, karya Mulyana seniman yang juga commission artist memamerkan karya bertajuk Sea Remembers. Seperti judulnya, Mulyana menampilkan kehidupan bawah laut lewat praktik seni modular berupa rajutan. Benang-benang terangkat membentuk beragam biota laut yang penuh warna.
Bukan tanpa alasan, Mulyana memilih warna beraneka macam. Ia ingin memberi pesan kehidupan bawah laut tidak semenyeramkan yang dibayangkan banyak orang selama ini. Ia tidak menampik jika kehidupan bawah laut penuh misteri dan seolah tidak tersentuh.
Penggambaran dunia bawah laut yang menyenangkan juga sebagai bentuk kekaguman Mulyana terhadap ciptaan Tuhan. Ia ingin mendiskusikan soal menghargai cara pandang yang berbeda.
"Apa yang dianggap aneh oleh orang kebanyakan, jangan-jangan keanehan itu hanya persoalan kebiasaan dan pakem saja," ujarnya.
Terkait posisinya sebagai commission artist ARTJOG 2018, seniman Mulyana menggunakan teknik rajutan karena memiliki kesulitan dan tantangan tersendiri. Proses pengerjaan dilakukan secara manual dengan tangan dan ia meminta bantuan ibu-ibu di Sorogenen, Sleman.
Â
Pesan dari Pusar
Seniman kelahiran Belanda Mella Jaarsma menampilkan foto-foto pusar yang dikemas dalam sebuah instalasi. Karya berjudul Binds and Blinds ini dibuat dengan mengumpulkan 600 swafoto pusar orang dari seluruh penjuru Indonesia.
Foto-foto itu dikirimkan kepada Mella lewat beragam media sosial. Karya ini berangkat dari kepeduliannya terhadap aksi intoleransi.
Menurut Mella, orang senang menguasai orang lain dengan cara memaksakan nilai-nilai moral tertentu. Moralitas mampu mengikat atau bind, sekaligus membutakan atau blind.
"Kita perlu melihat ke dalam diri sendiri dalam hal ini disimbolkan dengan melihat pusar," ucap Mella.
Mengamati pusar merupakan kegiatan yang bertujuan untuk bisa menempatkan diri pada tempatnya dan menggunakan akal sehat sehingga manusia bisa kembali kepada standar dasar kemanusiaan yang nilai-nilainya terus diperbarui.
Â
Advertisement
Makna Perang di Era Modern
Perupa Ichwan Noor menampilkan instalasi Chinese God of War berukuran 330x170x132 sentimeter. Lewat penggambaran dewa perang Guan Yu, ia menghadirkan metafora dari pengaruh Tiongkok dalam konstelasi global.
Guan Yu dipuja karena kesetiaan dan kejujurannya, serta melambangkan sifat ksatria yang selalu menepati janji dan setia pada sumpahnya.
Ichwan menilai di era modern, perang secara fisik merupakan ide usang. Perang yang dirasakan kini tidak terlihat, akan tetapi dampaknya bisa dirasakan karena menyasar bidang teknologi, ekonomi, budaya, industri, dan sebagainya.
ARTJOG 2018 menampilkan seratusan karya dari 54 seniman dalam dan luar negeri. Tidak hanya memamerkan karya seni rupa, ARTJOG juga mengadakan pementasan teater untuk anak yang bekerja sama dengan Papermoon Puppet Theater dan Polyglot Theater Australia.
Pertunjukan musik setiap malam selama perhelatan berlangsung juga bisa dinikmati pengunjung. Setidaknya, ada 83 penampil yang ikut unjuk gigi dalam ajang ini.