Sukses

14 dari 40 ASN Pengidap HIV/AIDS di Cilacap Berprofesi Guru, Kok Bisa?

Komposisi pengidap HIV/AIDS di Cilacap juga berubah. Sekarang antara perempuan dan laki-laki sama banyaknya.

Liputan6.com, Cilacap - Penyebaran Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Cilacap semakin mengkhawatirkan.

Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Cilacap menyebut, saat ini sudah terdapat 1.124 penderita yang positif suspect HIV/AIDS. Yang lebih mencengangkan, 40 di antaranya adalah aparatur sipil negara (ASN).

Dari angka 40 orang ASN penderita HIV/AIDS ini, 14 di antaranya adalah guru sekolah. Hal itu menunjukkan bahwa penyebaran penyakit yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh itu telah menyasar semua kalangan.

Manajer Kasus Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Cilacap Rubino Sriadji mengungkapkan, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang sebelumnya didominasi oleh kaum pria pun sudah berubah. Kini, jumlah penderita sudah berimbang antara lelaki dan perempuan.

Diduga kuat, perempuan yang kebanyakan adalah ibu rumah tangga, tertular oleh suaminya yang terlebih dulu terinfeksi. "Setelah diperiksa, ternyata suaminya atau pasangannya juga kena (HIV/AIDS)," ucap Rubino kepada Liputan6.com, Jumat, 4 Mei 2018.

2 dari 3 halaman

Perilaku Seksual

Sebagian penemuan kasus HIV/AIDS di Cilacap pun terjadi karena tak disengaja. Kasus itu ditemukan antara lain ketika penderita jatuh sakit, pasangannya sakit, skrining donor darah, dan saat tes HIV bagi calon pengantin.

Rubino mengemukakan, perilaku seksual tak hanya dengan satu pasangan menjadi media penularan tertinggi. Jumlahnya tak main-main, yakni mencapai 95 persen keseluruhan kasus.

Ini diketahui setelah ODHA menjalani skrining dan konsultasi di voluntary counselling and testing (VCT) Cahaya Puspita Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap.

Begitu pula dengan ASN, termasuk di dalamnya guru, yang terpapar HIV/AIDS. Diduga, mereka pun tertular karena aktivitas seksual bukan dengan pasangan sahnya.

"Tertular oleh pasangan sah, maka pasangannya itu pernah melakukan aktivitas seksual dengan orang lain," dia menjelaskan.

Perubahan perilaku seksual di Cilacap pun tak luput dari pantauan KPA. Rubino menyebut, aktivitas seksual tak terbatas pada beda jenis (heteroseksual), tetapi juga sesama jenis.

3 dari 3 halaman

Pemicu Kecepatan Penyebaran HIV/AIDS di Cilacap

Perubahan perilaku seksual ini diduga mempercepat mempercepat penularan HIV/AIDS di Cilacap. Adapun perilaku seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Di Cilacap ada sejumlah perusahaan multinasional yang mempekerjakan tenaga kerja asing (TKA). Cilacap pun memiliki pelabuhan yang menjadi persinggahan para pelaut dari berbagai negara.

Sudah menjadi rahasia umum, para TKA atau pelaut asing itu memenuhi kebutuhan seksualnya dengan menyewa perempuan penghibur (PSK). Kemudian, PSK yang sudah terinfeksi itu menularkan kepada klien lokal.

Faktor lainnya adalah keberadaan lembaga pemasyarakatan (lapas) di Pulau Nusakambangan. Banyak napi yang dihukum dalam jangka panjang hingga hukuman mati.

Untuk memenuhi kebutuhan seksualnya, napi-napi tersebut diduga menyewa perempuan penghibur. Napi menularkan kepada perempuan yang disewanya, atau sebaliknya tertular oleh si perempuan.

"Jumlah buruh migran Cilacap juga sangat tinggi. Mereka juga rawan tertular di luar negeri," dia mengungkapkan.

Angka 1.124 kasus menjadikan wilayah pesisir selatan Jawa Tengah bagian ujung barat ini menjadi salah satu wilayah tertinggi kasus HIV/AIDS di Provinsi Jawa Tengah. Risiko penularannya pun terhitung paling tinggi.

Rubino pun yakin, angka kasus yang muncul tersebut bukanlah angka final. Layaknya gunung es, penderita HIV di Cilacap masih banyak yang belum diketahui.

Saksikan video pilihan berikut ini: