Liputan6.com, Purwokerto - Serangkaian peristiwa tragis, mulai rusuh Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat hingga bom Surabaya, Jawa Timur, telah mengguncang rasa kemanusiaan. Peristiwa itu bukan hanya musibah bagi golongan tertentu, melainkan telah menjadi tragedi kemanusiaan untuk bangsa Indonesia.
Yang bersedih tak hanya umat Katolik maupun kristiani yang rumah ibadahnya dijadikan target serangan bom. Serta, tak hanya para polisi yang rekan seprofesinya menjadi korban.
Seluruh masyarakat Indonesia sedih dan prihatin atas tragedi ini. Aksi teror, apalagi sampai menyasar tempat ibadah tak bisa dibenarkan oleh agama mana pun.
Advertisement
Baca Juga
Di sisi lain, bangsa ini pun salut dengan keluarga korban bom Surabaya yang nyata-nyata mengungkapkan bahwa mereka sudah memaafkan pelaku. Sungguh besar hati.
Seruan-seruan damai pun berkumandang. Energi positif itu diyakini akan membuat bangsa ini cepat pulih dari luka yang bertubi-tubi.
Pada Minggu malam, 13 Mei 2018, seratus lebih warga lintas iman di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar aksi keprihatinan dan doa bersama atas terjadinya serangkaian serangan teror yang terjadi di Indonesia. Terutama di Rutan Mako Brimob dan aksi bom Surabaya.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Waspada Sel Jaringan Teroris di Indonesia
Aksi itu dipusatkan di Alun-alun Purwokerto dengan didahului pesan-pesan kebangsaan dari para pemuka agama. Lilin pun dinyalakan sebagai tanda berkabung, sekaligus sebagai perlambang kedamaian negeri.
Warga lintas Iman di Banyumas mendoakan korban tragedi teror bom dan keluarganya agar tabah. Serta agar tragedi seperti yang terjadi saat ini tak terulang lagi. Mereka juga mengumandangkan seruan damai.
"Kita berkumpul untuk melakukan aksi keprihatinan dan juga aksi seruan damai untuk masyarakat Purwokerto dan Banyumas pada khususnya," ucap Koordinator Gusdurian Purwokerto, Chumaidi Yusuf.
Apa pun motifnya, teror tak bisa dibenarkan oleh agama apa pun. Karena itu, warga lintas iman mengutuk keras tragedi ini.
Di lain sisi, ia pun menilai serangan teroris itu menandakan bahwa sel-sel radikalisme dan terorisme di Indonesia masih ada dan sewaktu-waktu bisa hidup untuk melancarkan aksinya.
Tragisnya, target serangannya adalah tempat ibadah, rumah Tuhan yang menyuarakan pesan-pesan kemanusiaan. Lebih ironis lagi, terduga pelaku teror justru mengajak serta anak-anaknya yang tak bersalah.
Warga lintas iman pun mengecam dan mengutuk keras aksi terorisme, apalagi di tempat ibadah.
"Malam ini kita berkumpul di sini untuk melakukan doa bersama untuk saudara-saudara kita yang gugur dalam tragedi-tragedi beberapa hari terakhir ini,"ujarnya.
Advertisement
Salat Gaib untuk Korban Teror
Ia pun meminta agar seluruh umat beragama di Banyumas dan Indonesia tak takut dan tetap bersatu melawan dan menangkal terorisme.
Pascagugurnya 5 personel Polri yang tengah bertugas di Rutan Mako Brimob pada beberapa hari yang lalu, warga Kebumen menggelar salat gaib di Masjid Agung Kebumen, Jumat, 11 Mei 2018.
Tampak hadir dalam salat gaib, Plt Bupati Kebumen Yazid Mahfudz, Kapolres Kebumen AKBP Arief Bahtiar, dan PJU Polres Kebumen, serta para pelajar di Kebumen dan jemaah dari luar maupun dalam Kebumen.
Salat gaib juga dilaksanakan di beberapa masjid di tingkat kecamatan.
Bupati Kebumen, Yazid Mahfudz menyatakan prihatin dengan tragedi di Mako Brimob itu. Ia pun mengecam kerusuhan yang terjadi di blok narapidana teroris Mako Brimob.
"Agamanya mana pun tidak membenarkan kekerasan. Kami sangat mengecam aksi tersebut. Di Indonesia tidak boleh ada teror," ucap Yazid.
Kebumen adalah salah satu daerah yang paling berduka. Dari lima polisi yang gugur dalam kerusuhan Mako Brimob, dua di antaranya adalah warga Kebumen. Ia adalah Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas (20) dan Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadli.