Sukses

Kearifan Lokal Masjid-Masjid Kuno di Cirebon

Seluruh masjid kuno yang ada di Cirebon, Jawa Barat, dibangun dengan menggunakan kearifan lokal.

Liputan6.com, Cirebon - Masjid tak hanya jadi tempat ibadah. Pemerintah akan menjadikan masjid yang ada di Indonesia, termasuk Cirebon , Jawa Barat, sebagai salah satu destinasi wisata religi.

Sejarah panjang perjalanan Cirebon tak lepas dari peran Sunan Gunungjati menyiarkan Islam. Sejumlah masjid pun digunakan sebagai sarana dakwah dan berkumpul warga Cirebon.

"Dulu cara aulia, ulama sampai para wali menjadikan masjid sebagai tempat berkumpul, memberi wejangan atau nasihat, dan syiar Islam berbasis kearifan lokal," ucap budayawan Cirebon, Jajat Sudrajat, Selasa (15/5/2018).

Jajat menyebutkan, sebagian besar masjid di Cirebon berusia ratusan tahun. Bahkan, tidak sedikit masjid menjadi saksi bisu berkembangnya Cirebon.

Namun demikian, satu catatan mendasar dari sejarah berdirinya masjid yang ada Cirebon. Jajat menyebutkan, seluruh masjid kuno yang ada di Cirebon dibangun dengan menggunakan kearifan lokal.

"Nama masjid yang ada di Cirebon sebagian besar menggunakan kearifan lokal. Salah satu contoh Masjid Sang Cipta Rasa yang ada di Keraton Kasepuhan, kemudian Tajug Pejelagrahan," sebut Jajat.

Dia mengatakan, sebagian besar masjid kuno berdiri memiliki keterkaitan dengan nama atau tokoh pendiri. Selain itu, pemberian nama masjid dengan kearifan lokal tersebut sebagai daya tarik masyarakat pada waktu itu.

Peran tokoh pendiri masjid dipadukan dengan kearifan budaya yang ada di Cirebon membuat tempat ibadah tersebut hingga saat ini masih kokoh berdiri.

"Seperti dakwah Sunan Kalijaga menggunakan media wayang, Sunan Gunungjati dan sunan yang lain," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Lestarikan Tradisi

Jajat Sudrajat mengatakan pula, saat itu, masyarakat Cirebon lebih tertarik dengan tradisi dan budaya. Karena itu, dasar ketertarikan masyarakat digunakan Wali Sanga untuk menyebarkan dakwah Islam.

Salah satu contoh lain adanya kentungan dan beduk di seluruh masjid kuno di Cirebon. Dia menyatakan, kentungan dan beduk merupakan akulturasi budaya yang digunakan untuk menunjukkan waktu salat.

"Di Arab tidak ada itu kentungan dan beduk. Dan hanya ada di Indonesia yang merupakan salah satu produk kearifan lokal," ujar dia.

Dia menjelaskan, selain ibadah, masjid di Cirebon didirikan sebagai sarana Wali Sanga dalam menyebarkan syiar Islam. Sunan Gunungjati selalu memberi ceramah tentang Islam dan tatanan kehidupannya yang harmonis.