Liputan6.com, Jayapura Kepolisian Daerah Papua menyediakan sel khusus bagi teroris. Belum dijelaskan secara rinci sel teroris itu berada di Mapolda Papua atau di pulau lain di Provinsi Papua.
Sel khusus bagi teroris disiapkan oleh kepolisian setempat, pasca-tertangkapnya dua orang yang diduga dari jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD) yang sedang merencanakan aksi teror. Keduanya ditangkap di Kampung Limau Asri Sp-5, Timika, Mimika. Saat ini keduanya telah dikirim ke Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut.
"Ada dugaan keduanya sedang mempersiapkan serangkaian aksi teror. Keduanya ditangkap dengan bahan peledak yang sudah dipersiapkan," kata Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar, belum lama ini.
Advertisement
Baca Juga
Boy menambahkan, penangkapan yang dilakukan terhadap keduanya, merupakan upaya polisi dalam mengantisipasi terjadinya aksi yang dapat mengganggu stabilitas keamanan di Mimika dan secara umum di Papua.
Boy tak menyebutkan secara jelas, alasan keduanya memilih Timika untuk dijadikan lokasi aksi teror.
"Kami masih menyelidikinya. Timika ini kan banyak masalah. Adanya persiapan untuk Pilkada, ada keributan antar kelompok. Tapi semua kita antisipasi," jelasnya.
Antisipasi kepolisian setempat, juga memperketat sejumlah pintu masuk di Markas Polda Papua yang terletak di Jalan Sam Ratulangi, Kota Jayapura. Tamu yang akan masuk ke markas polisi itu diperiksa satu per satu, hingga pemeriksaan tas atau bawaan yang dibawa oleh pengunjung.
Padahal sebelumnya, untuk masuk ke Polda Papua, tak pernah ada pemeriksanaan ketat seperti saat ini. Terlihat bagi penggunaan kendaraan roda empat, kaca mobil harus dibuka dan bagi kendaraan roda dua, helm atau kaca mata hitam harus dilepas untuk memasuki Polda Papua.
"Kami akan menerapkan penggunaan kartu pengenal bagi tamu yang akan berkunjung ke Polda Papua," kata Brigjen Pol Yakobus Marjuki.
Pengamanan lainnya yang dilakukan kepolisian di Papua juga berlaku di tempat ibadah, baik itu gereja ataupun masjid. "Hingga saat ini, situasi di Papua kondusif, walaupun kami terus berjaga dan meningkatkan kewaspadaan," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:Â
Â
Perketat Pintu Masuk
Antisipasi juga datang dari Pemerintah Kota Jayapura yang memerintahkan aparat distrik, hingga RT/RW untuk melakukan razia elektronik KTP kepada warganya.
"Laporkan kepada polisi atau aparat keamanan lainnya, jika menemukan warga baru yang mencurigakan di sekitar anda," ucap Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano, Selasa 15 Mei 2018.
Ia meminta kepada warga Kota Jayapura untuk tidak takut kpada teroris dan minta kepada warganya untuk tidak menyebarkan berita atau gambar tentang aksi yang dilakukan teroris."Semakin gambar aksi teroris disebarkan, semakin membuat kelompok ini (teroris) senang, guna menyebar ketakutan. ASN jangan ikut menyebar gambar-gambar itu. Jangan kita menodai kerukunan hidup beragama di Kota Jayapura dan Papua pada umumnya yang telah berjalan dengan baik," ujarnya. Walikota Jayapura.Â
Dia minta kepada aparat keamanan untuk mempersempit ruang gerak teroris di ibukota Provinsi Papua, misalnya memperketat orang yang masuk ke Kota Jayapura, dengan penjagaan ketat di pintu masuk dan keluar pada pelabuhan dan bandara.
"Kita semua mengutuk kejadian di Surabaya yang dilakukan oleh kelompok yang tidak memiliki keyakinan dan tidak memiliki pri kemanusiaan. Selain mendoakan para korban bom di Surabaya, kita juga harus mendoakan para pelaku, agar dibukakan kembali akal sehatnya," ujarnya.
Advertisement
Seruan Tokoh Agama
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua mengutuk keras kejadian di Surabaya. Aksi untuk meredam kejadian di Surabaya, menurut Wakil Ketau FKUB Papua, Uskup Mgr Leo Laba Ladjar, OFM harus dilakukan dengan cara positif. Misalnya pemuka agama di Papua selalu menyebarkan ajaran positif kepada umatnya.
"Sebarkan ajaran yang membangun bagi Tuhan dan bagi sesama. Sebarkan khotbah yang hanya membangkitkan kebencian, provokatif untuk membangkitkan permusuhan," ucap Uskup Mgr Leo.
Uskup menyebutkan belakangan pemboman di Surabaya, bukan hanya kepada kepolisian, tetapi sasarannya adalah kelompok yang jelas kafir."Artinya umat kristiani dianggap kafir dan ini pandangan yang tidak tepat dari agama manapun. Intinya, kami menolak gerakan terorisme dan kelompok radikal di Bumi Cenderawasih," jelasnya.
Dukungan lainnya datang dari warga Kota Jayapura dengan aksi menyalakan lilin di sepanjang Jalan Sentani, Abepura, Kota Jayapura. Aksi ini bukan hanya dari orang muda katolik, tapi juga dari remaja masjid di lingkungan sekitar.
"Kami sudah melakukan aksi bakar lilin sejak minggu malam pasca kejadian di Surabaya.Â
Aksi serupa juga dilakukan oleh ribuan masyarakat di Manokwari, Papua Barat hingga di Kabupaten Merauke.
"Masyarakat Papua sangat berduka. Tapi kami tetap mendoakan para pelaku, agar diampuni dosanya. Kami di Papua terus mendaraskan doa, agar tak ada kejadian serupa lagi," ujarnya.