Liputan6.com, Yogyakarta Egha Latoya, eks vokalis Duo Jingga sekaligus penyanyi yang pernah bernaung di bawah Republik Cinta Management, memilih untuk meninggalkan ibukota dan berdomisili di Yogyakarta. Dara kelahiran 25 tahun silam ini menandai kepindahannya dengan meluncurkan sebuah buku prosa cinta.
Buku berjudul Aku yang Tak Bernama di Hatimu merupakan implementasi perasaan Egha sebagai seorang perempuan. Ratusan prosa pendek setebal 208 halaman ini bercerita tentang tentang masa lalu.
Egha tidak menampik jika karyanya ini terinspirasi dari sang mantan pacar.
Advertisement
Baca Juga
"Saya ingin menunjukkan dan memberi buah tangan bahwa saya mencintai dia dengan cara yang berbeda, dengan cara yang lebih baik dan sopan," ujar Egha dalam sebuah media gathering di Yogyakarta, Senin (14/5/2018).
Ia juga mendedikasikan buku ini untuk semua wanita supaya lebih tahu diri dan sabar dalam menghadapi kisah cinta serta mempercayai cinta ada di tangan Tuhan.
"Intinya supaya pembaca lebih tahu diri ketika menghadapi masalah cinta," tutur Egha.
Â
Menulis Jadi Kontrol Emosi
Meskipun dikenal sebagai penyanyi, Egha ternyata juga suka menulis. Buku yang baru diluncurkannya ini ternyata merupakan karya keduanya.
Ia pernah menerbitkan buku pertama berjudul Surat Terakhir Ellena pada 2017.
"Menulis paling nikmat karena bisa dilakukan di mana saja dan menutup aib saya," ucap Egha.
Menurutnya, ketika bernyanyi ia kerap sulit mengontrol emosinya, terlebih jika liriknya sedih. Lewat menulis, ia bisa bercerita banyak hal dengan emosi yang lebih stabil.
Proses penerbitan buku keduanya hanya memakan waktu satu bulan. Tulisan dalam buku ini ternyata sudah siap sejak buku pertama diluncurkan.
Â
Advertisement
Memilih Yogyakarta sebagai Tempat Tinggal
Pada tahun ini Egha juga memutuskan untuk tinggal di Yogyakarta. Alasan kota budaya yang nyaris setiap hari ada acara seni menjadi salah satu pertimbangannya.
"Saya memahami diri saya, nafas saya seni dan bagi saya Yogyakarta itu kota seni yang hidup setiap hari," kata Egha.
Ia jatuh cinta dengan kehangatan di Yogyakarta. Perasaannya juga lebih tenang ketika berproduksi di sini.
Pindah ke Yogyakarta berarti Egha juga memulai dari nol. Ia menyadari bukan siapa-siapa di kota ini.
"Saya minta tolong teman-teman untuk belajar seni di sini," ucapnya.
Egha juga menjanjikan penampilan yang berbeda saat di Yogyakarta. Selain menulis dan menyanyi, ia juga bisa melukis. Bentuk pertunjukkannya kelak lebih ke arah performing art yang mengkolaborasikan tiga seni itu.