Sukses

Penumbuh Jenggot Ciptaan Mahasiswa Brawijaya Berjaya di Negara Asal Wak Doyok

Penumbuh jenggot, janggut dan kumis buatan mahasiswa Universitas Brawijaya itu diklaim aman karena terbuat dari bahan alami.

Liputan6.com, Malang - Penumbuh jenggot, jambang, dan kumis alami karya mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang menyabet medali emas pada International Invention dan Innovative Competition (InIIC) Series 1/2018, kategori Higher Institution Student di Malaysia, Sabtu, 12 Mei 2018.

Penumbuh jenggot, jambang, dan kumis yang diberi nama Apis Beard itu digagas lima mahasiswa dari fakultas yang berbeda. Kelimanya adalah Guruh Prasetyo dari Fakultas Peternakan 2014, M Andika Yudha H (Fapet 2016), M Farhan Baehaqi (Fakultas Pertanian/FP 2016), Helmy Aulia Muhammad (FP 2016), dan MRizal Fauzi (Teknik Kimia 2014).

"Produk penumbuh jenggot, jambang, kumis, dan bulu dada alami ini menjadi produk yang kian digemari pria di Indonesia. Jambang atau kumis akan mengesankan sifat maskulin pria, bahkan jenggot pada pria dianggap sebagai tanda kehormatan dan kebijaksanaan pada era Yunani kuno dan peradaban Mesopotamia," kata Guruh di Malang, Jawa Timur, Kamis, 17 Mei 2018, dilansir Antara.

Menurut Guruh, produk minyak atau balm penumbuh rambut ini masih didominasi produk impor dan mengandung bahan sintetis kimia yang bersifat kurang baik pada kesehatan kulit maupun rambut. Namun, yang lebih parah dapat menyebabkan kurangnya rasa cinta masyarakat terhadap produk dalam negeri.

Maka itu, Guruh dan rekannya menciptakan Apis Beard, yakni sebuah produk penumbuh jenggot yang mengandung biotin dari bee pollen yang terfermentasi di sarang lebah. Bentuk produk ini berupa balsem dan minyak esensial yang mengandung vitamin E tinggi dan natural biotin dari bee pollen lebah Apis.

Menurut dia, ramuan itu bisa mempercepat pertumbuhan rambut. Agar menarik, Apis Beard ini diberi berbagai macam aroma, seperti vanila, jeruk, tea tree, dan teh hijau. Ramuan ini juga tidak memakai bahan kimia.

Guntur mengatakan melalui produk tersebut, tim peneliti yang dibimbing oleh Firman Jaya, salah satu dosen Teknologi Hasil Ternak ahli bidang pengolahan hasil lebah madu, berhasil memperoleh medali emas di ajang bergengsi InIIC di Malaysia.

InIIC merupakan kompetisi tingkat Internasional bagi peneliti, dosen, mahasiswa, serta siswa yang diselenggarakan oleh MNF Network Malaysia. Tahun ini, InIIC mengusung tema Innovation For Sustainable Growth yang dilaksanakan di Federal Hotel, Bukit Bintang Road-Kuala Lumpur-Malaysia, Sabtu, 12 Mei 2018.

Selain meraih medali emas, para peneliti muda Universitas Brawijaya itu juga mendapatkan program hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Kemenristek Dikti pendanaan 2018.

Saksikan video pilihan berikut ini: