Sukses

Alasan Kuat Menutup Jalur Pendakian Gunung Merapi

Jalur pendakian Gunung Merapi masih ditutup. Simak alasannya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Jalur pendakian Gunung Merapi sampai saat ini masih ditutup pascaletusan freatik, 11 Mei 2018. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) menerapkan kebijakan itu dengan pertimbangan yang kuat.

"Kejadian seperti kemarin (letusan freatik) tidak pernah terduga. Jadi demi keamanan kami tutup sementara," ucap Singgih Setianto, Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah 2 TNGM, Minggu, 20 Mei 2018.

Saat ini, TNGM lebih menekankan kepada komunikasi dan koordinasi, sehingga kejadian sewaktu letusan freatik pada 11 Mei lalu tidak terulang. Ketika itu terdapat 160 pendaki yang masih berada di Gunung Merapi. Beruntung, mereka bisa turun dengan selamat.

Ia menjelaskan sejak muncul letusan freatik pascaerupsi Gunung Merapi tahun 2010, TNGM sudah mengeluarkan aturan baru pendakian. Batas pendakian sampai di Pasar Bubrah, tapi tidak semua pendaki mematuhi aturan itu.

Selama ini, pendaki masih ingin sampai ke puncak Merapi. Padahal, papan pengumuman dan larangan sudah terpasang.

"Di atas itu zona aktif, tidak boleh ada kegiatan selain penelitian dan mitigasi bencana," ujarnya.

Ia menyebutkan, jalur pendakian di Gunung Merapi ada dua, yakni Selo dan Sapuangin. Kebanyakan pendaki memanfaatkan jalur via Selo.

Demikian pula, saat 160 pendaki masih terjebak di atas ketika letusan freatik. Mereka masuk dari jalur Selo dan dipastikan tidak ada yang naik dari Sapuangin.

"Jalur pendakian Merapi via Selo lumayan padat, tercatat ada 4.000 pendaki per tahun," kata Singgih.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Letusan Freatik Kembali Terjadi

Dua kali letusan freatik terjadi pada Senin (21/5/2018). Letusan pertama terjadi pada 21 Mei 2018 pukul 01.25 WIB selama 19 menit dengan ketinggian asap 700 meter teramati dari Pos Babadan.

Letusan kedua terjadi delapan jam kemudian, yakni pada pukul 09.38 WIB dengan tinggi kolom 1.200 meter dan durasi enam menit.

Badan Geologi, PVMBGBalai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) merekomendasikan kondisi morfologi puncak Gunung Merapi saat ini rawan longsor, sehingga sangat berbahaya bagi keselamatan pendaki.

Selain itu, masyarakat diminta untuk tidak panik dan beraktivitas seperti biasa serta mengantisipasi hujan abu di sekitar Merapi.