Sukses

Matematika Puasa ala Wali Kota  Semarang  

Pekerjaan yang biasanya selesai sembilan jam, ternyata sanggup diselesaikan tujuh jam saja.

Liputan6.com, Semarang - Kesibukan baru Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di bulan Ramadan ini adalah menjadi motivator dadakan. Biasanya itu dilakukan ketika usai menjalani Salat Duhur di Masjid Balai Kota.

Seperti saat mengisi materi usai Salat Duhur di Masjid Al Kusuf, lingkungan Balai Kota Semarang. Layaknya seorang dai, Hendi menjelaskan keutamaan puasa Ramadan. Namun ia tetap dalam fungsinya sebagai kepala pemerintahan Kota Semarang sehingga dalam setiap pesan selalu menyorot kinerja ASN saat Ramadan.

“Tidak ada alasan lagi di bulan Ramadhan ini leha-leha, lemas, atau tidak masuk kerja. Apalagi  dengan alasan ngantuk karena salat subuh berjamaah," kata Hendi, Rabu (23/5/2018).

Menurutnya, puasa membutuhkan niat baik dan keikhlasan. Dengan niat baik dan ikhlas itu Allah SWT pasti akan memberikan berkahNya. Hendi kemudian menyebutkan bahwa selama bulan Ramadhan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Semarang diberi keleluasaan jam masuk kerja. Semula pukul 7.00 – 15.15 kini mundur menjadi 08.00-15.15.

"Coba kita hitung secara matematika, hari biasa kita masuk jam 07.00 WIB, pulang jam 16.00 WIB. Kemudian kita di bulan ramadan kita bisa menyelesaikan aktifitas kita, masuk jam 08.00 WIB, pulang jam 15.15 WIB. Jadi yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana kita mengukur, atau bagaimana sebuah aktifitas kita menjadi berkualitas," kata Hendi.

 

2 dari 2 halaman

Puasa Buat Tangkal Hoax

Puasa seharusnya mampu membuang asumsi buruk. Pikiran tidak bisa sarapan, makan siang, dan kemudian lemas. Jika itu yang dipikirkan maka terjadilah.

Selain itu, Hendi juga mengingatkan dinamika konten media sosial. Kepada para jamaah yang mayoritas ASN, Hendi meminta agar para ASN bijak dalam merdia sosial.

"Jaga kondusifitas Kota Semarang apalagi memasuki bulan Ramadhan ini," kata Hendi.

Data dari Kemenkominfo pada tahun 2017, diperkirakan ada 800 ribu berita hoax yang beredar di Indonesia. Butuh komitmen tinggi menangkal hoax. Karena hoax akan menggugurkan ibadah di bulan Ramadhan.

“Jika panjenengan baca dan tidak jelas darimana asalnya dan tidak jelas kebenarannya cukup untuk panjenengan saja, tidak perlu di share. Tapi jika panjenengan baca dan yakin adanya manfaat, baru boleh di share,” kata Hendi.