Liputan6.com, Jakarta - Grobogan, Jawa Tengah adalah daerah produsen jagung yang penting di Jawa Tengah. Pada 2017, total luas panen jagung di Grobogan diperkirakan 120 ribu hektare. Apabila rata rata produktivitas 6 ton per hektare, produksi jagung di Grobogan selama 2017 tidak kurang dari 720 ribu ton.
Para petani jagung di Grobogan dalam kerja produksi jagung juga menghadapi tantangan. Salah satunya ancaman serangan jamur Peronosclerospora maydis atau biasa disebut penyakit bulai. Serangan penyakit khas cendawan ini mampu mengagalkan panen petani 60 – 70 persen produksi.
Menurut Edi (45) Ketua Kelompok Tani Sido Maju di Kecamatan Klambu Grobogan Jawa Tengah, masalah penyakit bulai menjadi momok bagi petani di wilayahnya.
Advertisement
Baca Juga
"Petani di daerah ini memerlukan upaya preventif untuk mengatasi penyakit bulai yang meresahkan ini. Nyaris tak ada benih yang mampu tahan serangan bulai di daerah kami," kata Edi yang sudah jadi petani selama 10 tahun dengan lahan dua hektare, dikutip dari keterangan tertulis.
Kebutuhan para petani ini menuai respon dari DuPont Indonesia selaku produsen benih jagung hibrida. Perusahaan menawarkan varietas benih jagung hibrida tahan bulai kepada petani Grobogan. Varietas terbaru yang dikenal dengan merek dagang P 36 Bekisar itu mampu menghalau penyakit bulai hingga 80 persen.
Keunggulan Benih P36 BekisarÂ
Menurut Marketing Manager PT DuPont Indonesia, Yuana Leksana , varietas jagung hibrida P36 Bekisar disamping terbukti tahan penyakit bulai, juga mempunyai bentuk tongkolnya besar dan panjang, warnanya lebih merah dan cerah serta dapat dipanen umur pendek 90 hari.
"Secara morfologi tanaman P36 Bekisar tumbuh seragam, batang dan daun tetap segar, tongkol besar dan panjang dan warna biji merah cerah. Varietas ini juga memiliki potensi hasil hingga 13 ton/hektare karena dapat ditanam rapat hingga 100.000 tanaman per hektare," jelas Yuana.
Direktur Komersial Kawasan ASEAN, Corteva Agriscience, Farra Siregar, mengatakan, temuan benih ini sesuai dengan misi perusahaan yang harus mampu menjawab persoalan petani di lapangan termasuk masalah yang menjadi momok petani yaitu masalah penyakit bulai dan produktivitas.
"Penemuan varietas P 36 ini sungguh fenomenal. Kami merasa ada faktor keberuntungan dari tanaman yang kami riset selama 4-5 tahun ini. Tanaman tidak hanya toleran terhadap serangan bulai tetapi dapat dipanen umur pendek 90 hari dan masih mampu menghasilkan panen yang melimpah," ujar A. Roviek Kurniawan R & D Manager PT DuPont Indonesia.