Sukses

Investigasi Kecelakaan Maut di Bumiayu, KNKT Gandeng Profesor dari UGM

Keterlibatan akademisi dari UGM ini dilakukan untuk menyeimbangkan opini dalam mengolah data investigasi.

Liputan6.com, Brebes - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bersama akedimisi dari Universitas Gajah Mada (UGM) melakukan investigasi insiden kecelakaan maut yang merenggut 12 korban jiwa dan 10 korban luka-luka.

Adapun insiden maut terjadi di Desa Jatisawit, Bumiayu, Brebes, Minggu, 20 Mei 2018 lalu. Kemudian investigasi dilakukan hingga satu pekan ke depan dengan menggunakan beberapa metode.

"Kemarin kita masih melakukan pemeriksaan tahap awal. Pekan depan kita akan turun lagi dengan profesor dari UGM," ucap seorang Investigator In Charge (IIC) atau Pemimpin Investigasi KNKT, Achmad Wildan, Rabu, 23 Mei 2018.

Ia menambahkan, keterlibatan akademisi dilakukan untuk menyeimbangkan opini dalam mengolah data investigasi kecelakaan maut itu. Pasalnya, upaya investigasi harus dilakukan secara menyeluruh atau komprehensif.

"Jadi yang kita lakukan bersama akademisi untuk membuat second opinion. Karena kalau KNKT itu, dari praktisi dan government," jelasnya.

Pada pemeriksaan tahap awal, lanjut dia, pihaknya telah menyerahkan analisis kepada UGM. Selain itu, diserahkan pula hasil pengumpulan data dan fakta dari kendaraan, sarana, dan prasarana jalan.

"Hasil analisis sudah kita kirim. Kita akan lakukan validasi dengan akademisi. Apakah sudah ilmiah. Jadi kita tidak kira-kira apakah itu (disebabkan) karena muatan berlebih atau karena masalah pada faktor rem," ungkapnya.

Ia menjelaskan, ada lima aspek yang menjadi fokus dalam proses pengumpulan data. Di antaranya, aspek pengaturan, sarana dan prasarana, operasional, SDM, serta pengawasannya.

Untuk itu, kata Wildan, KNKT belum berani cepat menyimpulkan karena masih panjang waktu untuk proses pengumpulan data terkait kecelakan maut itu.

"Jadi nanti kalau sudah hasilnya oke. Hasil validasi diterima oleh akademisi, baru kita buat regulasi," tutur dia.

Wildan menyebut, investigasi KNKT dalam bentuk rekomendasi akan mengubah regulasi. "Nanti hasil riset sudah selesai, bisa tembak sana-sini. Kepolisian, perhubungan," katanya.

 

2 dari 2 halaman

Salah Desain Flyover?

Dalam rekomendasi, lanjut dia, telah membahas konstruksi flyover (FO) Kretek. Meski tidak menyebut secara rinci, faktor desain FO menjadi yang banyak disoroti.

"Nah ini yang menjadi bermasalah. Dalam hal rekomendasi soal desain (FO) dengan Kemen PUPR. Belum clear. Karena dalam konstruksi tidak ada salah dan benar. Hanya ada sub standar dan standar," kata dia.

Ia menyatakan, kasus kecelakaan ini menjadi prioritas utama. Mengingat pada November 2017, KNKT sudah pernah menginvestigasi terkait banyaknya kecelakaan yang terjadi di FO.

"Sebenarnya hasil rekomendasi kita kemarin belum dilakukan. Apabila sudah dilakukan, baru (rekomendasi) closed atau ditutup setelah lapor ke presiden. Kalau belum melapor, nanti kita tidak akan mem-publish-nya melalui website," dia memungkasi.

Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jateng, Kombes Pol Bakharuddin M menyatakan, jika truk bernopol H 1996 CZ penyebab kecelakaan beruntun yang menewaskan 12 orang.

Hasil dari identifikasi Dinas Perhubungan (Dishub), rem berfungsi baik. Penyebabnya karena tonase berlebih. Seharusnya truk bermuatan tiga orang hanya membawa muatan seberat 20,75 ton. Namun, realitasnya muatan mencapai 38 ton atau lebih 18 ton.

Saat itu, truk melaju dari arah Ajibarang-Bumiayu, atau dari selatan menuju ke utara. Dengan melewati FO Kretek, Kecamatan Paguyangan.

 

Simak video pilihan berikut ini: