Liputan6.com, Cirebon - Kopi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat, baik dari kalangan menengah ke atas maupun ke bawah.
Semangat melestarikan kopi Indonesia pun terus tumbuh seiring dengan perkembangan zaman. Termasuk gerakan edukasi masyarakat tentang kopi Indonesia.
Seperti yang dilakukan Forum Marani Ngopi Cirebon. Di momen Ramadan, kumpulan para pecinta kopi di Cirebon mengedukasi kopi Indonesia di Pondok Pesantren Gedongan Cirebon.
Advertisement
"Momen Ramadan ini juga kami anggap tepat makanya kami beri tema Tadarus Kopi," ungkap salah seorang pegiat Marani Ngopi, Adri, Minggu, 27 Mei 2018.
Baca Juga
Dalam Tadarus Kopi ini, para pegiat kopi Cirebon menyajikan kopi dari berbagai daerah kepada santri. Dia mengatakan, kegiatan tersebut bekerjasama dengan beberapa kedai kopi yang ada di Cirebon.
Dia mengungkapkan, tujuan utama kegiatan tersebut untuk membudayakan minum kopi alias ngopi di pesantren dan mengenalkan kopi nusantara.
"Tapi pada kenyataannya justru budaya ngopi sudah lestari di pondok. Tadi juga banyak sekali santri yang mengantre kopi," kata Andri.
Andri mengaku, budaya ngopi di pondok pesantren sudah jauh dilestarikan sebelum dikenal semua kalangan. Apalagi Ponpes Gedongan Cirebon merupakan salah satu pesantren tertua di Cirebon.
Bahkan, ungkap dia, tingkat konsumsi kopi di ponpes Gedongan mencapai 20 kilo per minggu. Uniknya, para santri masih menggunakan alat tradisional untuk menyeduh kopi, seperti grinder manual.
"Jumlah konsumsi kopi di ponpes ini kami tahunya dari hasil perbincangan dengan salah seorang pengasuh pondok," sebut dia.
Para pegiat kopi Cirebon mengaku kagum dengan budaya ngopi para santri. Apalagi, cara menyajikannya masih tradisional. "Ini luar biasa. Konsumsi kopi santri lumayan besar," kata dia.
Tradisi Ngopi di Ponpes
Budaya ngopi di kalangan santri bukan terbilang baru. Salah seorang pegiat Marani Kopi Cirebon Kim Abdurokhim mengaku budaya ngopi di Ponpes Gedongan Cirebon sudah puluhan tahun.
"Waktu saya ngobrol sama pengasuhnya ternyata lebih dari 10 tahun mereka kenal dan konsumsi kopi nusantara," ujar dia.
Kim mengatakan, beberapa santri di Ponpes Gedongan Cirebon sudah melek ngopi. Teknik penyeduhan pun tak melulu disajikan secara tradisional.
Dia mengatakan, sebagian santri yang menggemari kopi nusantara sudah mampu menyeduh kopi dengan metode lain. Tidak sedikit santri yang memanfaatkan waktu di luar Ponpes untuk belajar kopi.
"Ada juga santri punya alat vietnam drip sendiri dan kiainya juga suka ngopi," kata dia.
Kim menyebutkan, para santri dan kiai di Ponpes Gedongan Cirebon memilih kopi Robusta Lampung. Mereka menyukai Robusta Lampung karena rasa pahitnya yang cocok di lidah.
"Kalau kata pengasuh, kiai dan santri kopi itu ya pahit jadi mereka pilih Robusta Lampung karena pahitnya pas," sambung dia.
Sementara itu, salah seorang pengasuh asrama Ponpes Gedongan, Gus Idrus, memberi apresiasi tinggi terkait kegiatan Forum Marani Ngopi Cirebon. Menurut dia, selain membudaya, santri juga perlu mendapat pengetahuan tentang kopi nusantara.
"Kalau buka pegiat kopi dari mana kami tahu juga pengetahuan tentang kopi," dia menandaskan.Â
Saksikan video pilihan berikut ini:Â
Advertisement