Liputan6.com, Sinjai - Kisah bocah-bocah pemberani menyeberangi sungai demi berangkat sekolah di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, viral di media sosial sejak Minggu, 27 Mei 2018.
Dalam video berdurasi 6 menit 12 detik itu terlihat sejumlah pelajar sekolah dasar dibantu beberapa pria dewasa bergandengan tangan menyeberangi sungai berarus deras dengan mengandalkan batang pisang kering sebagai pelampung.
Belakangan diketahui bocah-bocah pemberani itu merupakan siswa dan siswi SD 193 Jenna. Mereka merupakan warga Kampung Banoa dan warga Desa Lasiai yang terletak di Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai.
Advertisement
Setiap pagi, bocah-bocah itu harus menantang maut agar bisa tiba di sekolah mereka yang berada di seberang sungai, tepatnya di Desa Suka Maju, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sinjai.
Mimi, warga yang tinggal di sekitar sungai mengungkapkan, kondisi seperti ini sudah menjadi rutinitas pagi anak-anak sekolah dasar yang menuntut ilmu di SD 193 Jenna.
Baca Juga
"Ini sudah berlangsung sangat lama. Tidak cuma anak-anak SD, bahkan waktu saya masih kecil itu warga dari kampung sebelah tidak ke pasar kalau arus deras atau saat musim hujan," kata wanita berusia 29 tahun itu, Senin (28/5/2018).
Bukannya tak ada jalan lain yang lebih aman untuk ke seberang sungai. Hanya saja, jika melalui jalur itu, para siswa tidak akan sampai di sekolah tepat waktu karena jalurnya sangat jauh.
"Ada jalan lain, cuma jauh sekali, kita harus mutar sejauh 5 kilometer dengan berjalan kaki. Jalur terdekat dari desa sebelah ke Kampung Banoa memang lewat sungai itu," ucap Mimi.
Lantaran SD 193 Jenna merupakan satu-satunya sekolah yang ada di kampung tersebut, bocah-bocah itu tak punya pilihan lain. Sekolah itu menjadi satu-satunya pilihan mereka untuk menuntaskan program wajib belajar pemerintah.
"SD 193 Jenna memang satu-satunya sekolah dasar terdekat yang berada di sekitar kampung tersebut," ucap Mimi.
Terpisah, Murti, salah seorang guru di SD 193 Jenna, menyebutkan bahwa ada 69 siswa dan siswi yang menuntut ilmu di sekolahnya. Lebih dari setengah jumlah murid itu harus menantang maut demi sampai sekolah tepat waktu.
"Sejak berdiri sekolah ini, tahun 1982, belum ada jembatan. Saat ini ada sekitar 40-an murid yang tinggal di kampung Banoa dan Desa Lasiai, yang setiap paginya harus menyeberang sungai," kata dia.
Bahkan, kata Murti, beberapa dari siswa itu terpaksa harus menitipkan pakaian sekolah mereka di rumah warga yang berada di dekat sekolah.
"Dari pada basah, yah mending mereka titipkan," pungkasnya.
Janji Bangun Jembatan
Dikonfirmasi terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Sinjai, Andi Fajar Yanwar menanggapi video viral siswa-siswi SD 193 Jenna yang harus menantang maut setiap pagi itu.
Ia mengungkapakan, pembangunan jembatan diwilayah tersebut telah direncanakan dan baru akan dibangun tahun ini.
"Yang jelas pembangunan jembatan sudah kita anggarkan untuk tahun ini ," kata Andi Fajar.
Hanya saja, kata dia, pihaknya harus menunggu dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan agar pembangunan jembatan tersebut bisa segera terealisasi.
"Mudah-mudahan di APBD perubahan sudah dianggarkan dan Insya Allah tahun ini akan dibangun jembatan," ujarnya.
Andi Fajar juga membantah bahwa sebelumnya di wilayah tersebut tidak pernah dibangun jembatan. "Sebenarnya ada, cuma roboh karena terbawa arus air," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement