Sukses

6 Hambatan Sulitnya Pembangunan Jalan Tol di Sumatera Selatan

Pembangunan jalan tol di Sumsel ternyata mengalami banyak kendala yang cukup tinggi. Apa penyebabnya?

Liputan6.com, Palembang - Tol Kayu Agung-Palembang-Betung di Sumatera Selatan (Sumsel) yang sedang dibangun PT Waskita Karya (Persero) mengalami banyak kendala. Liputan6.com merangkum enam hambatan yang terjadi selama proyek ini berlangsung.

Proyek tol yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional Trans Sumatera ini mempunyai panjang 111,69 kilometer, yang dibagi menjadi tiga seksi. Yaitu, Kayu Agung-Palembang sepanjang 33,5 km, Palembang–Musi Landas sepanjang 33,9 km, dan Musi Landas–Betung Panjang sepanjang 44,69 km.

Gunadi, Kepala Divisi VI PT Waskita Karya (Persero) mengatakan, banyak kendala yang harus dihadapi, mulai dari hambatan infrastruktur hingga perubahan cuaca yang sangat besar pengaruhnya.

Hambatan pertama yaitu jalan tol Sumsel ini dibangun 80 persen di atas lahan rawa dan gambut, sehingga selalu tergenang air hampir sepanjang tahun. Kandungan air di tanah ini yang dibuang secara berkala, membuat lapisan tanah mengalami konsolidasi atau penurunan tanah.

"Jalan ini boleh mengalami penurunan sebanyak 10 sentimeter dalam 10 tahun. Jadi, dalam 1 tahun tidak boleh lebih dari 2 cm, karena sebelum diaspal, terjadi konsolidasi," ujarnya beberapa waktu lalu.

Karena mengalami konsolidasi, sehingga proses pengaspalan dilakukan tiga lapisan dan menggunakan beberapa metode, yaitu vacuum consolidation, soil preloading, pile slab, dan soil replacement. Kondisi tanah seperti ini ternyata memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih lama, dibandingkan konstruksi jalan tol di jalan keras.

Ketersediaan material bangunan jalan tol menjadi hambatan kedua. Material tanah hanya bisa didapatkan paling dekat di Kabupaten Ogan Ilir (OI) atau harus menempuh jalan sepanjang 20 km hingga 40 km.

"Material batu bahkan tidak ada di Sumsel, jadi kami mengirimnya dari Serang, Banten ke Palembang melewati Sungai Musi dan truk. 1 Km jalan kita menghabiskan hingga 400 truk bermuatan material," katanya.

 

 

2 dari 3 halaman

Pengaruh Cuaca

Akses jalan menuju ke proyek pembangunan jalan tol ini juga terbatas. Banyak jalan terputus dan harus melewati aliran sungai membuat kondisi ini menjadi hambatan besar ketiga.

Untuk mempermudah pengangkutan material ke lokasi proyek, PT Waskita Karya harus membuat jembatan dan jalan sementara di banyak titik. Hambatan keempat yaitu faktor cuaca yang paling banyak memengaruhi lama tidaknya penyelesaian proyek ini.

"Setiap tahun tidak banyak mengalami musim kemarau, jadi sulit untuk membuat jalan cepat kering dan tidak licin saat mengangkut material. Kami berupaya jalan tol sepanjang 0-40 km sudah rampung, namun mungkin baru selesai di bulan Juni 2019 karena seringnya hujan," katanya.

Terlebih jelang Asian Games 2018, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menebarkan garam hujan buatan, untuk mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

Hambatan kelima yaitu sulitnya pembebasan lahan sepanjang 3 km dan jembatan, khususnya di Desa Batun Baru dan Desa Pedu di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan sebagian masuk di Kabupaten Banyuasin.

 

3 dari 3 halaman

Serap Investasi Besar

Yang menjadi hambatan terakhir dan sangat vital yaitu investasi yang sangat tinggi untuk pembanguna tol di Sumsel ini. Jauhnya bahan material yang akan diangkut, mundurnya penyelesaian karena faktor cuaca dan beberapa penyediaan fasilitas pendukung lainnya yang menguras anggaran.

"Investasi dari Palembang sampai ke Betung sudah menghabiskan Rp 20 triliun, apalagi penyediaan jembatan buatan itu sangat mahal," ungkapnya.

Mereka juga melihat sedikitnya jumlah kendaraan berlalu-lalang di tol dari estimasi awal. Target saat pembangunan tol ini, ada sekitar 21.000 jumlah kendaraan yang lalu lalang, tetapi kemungkinan bisa terealisasi hingga 15.000 kendaraan.

Konstruksi jalan tol ini mulai dilaksanakan pada Juni 2016, dan dijadwalkan selesai di bulan Juni 2019. Salah satu proyek tol ini adalah Tol Palembang Inderalaya (Palindra) yang pernah dikunjungi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

"Pemerintah melalui Kantor Staf Kepresidenan (KSP) memutuskan bahwa proyek ini belum bisa mendukung akses mudik, karena progress dan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan," ucapnya.

 

Simak video pilihan berikut ini: