Sukses

Tersangka Peracik Bom di Universitas Riau Sempat Bikin Grup Perbincangan

Tersangka peracik bom Universitas Riau itu kemudian memberikan nama grup aplikasi perbincangan tersebut dengan nama Belajar dengan Membaca.

Pekanbaru - Pada Sabtu, 2 Juni 2018, menjelang sahur tepatnya sekitar pukul 02.44 WIB, tersangka peracik bom Universitas Riau, Muhammad Nur Zamzam alias Zega alias Jack, membuat sebuah grup di aplikasi perbincangan WhatsApp.

Zamzam mengundang (invite) teman-temannya dekatnya untuk bergabung dalam grup baru dibuat tersebut. Tersangka peracik bom Universitas Riau itu kemudian memberikan nama grup aplikasi perbincangan tersebut dengan nama "Belajar dengan Membaca", dengan latar foto grup bergambar dan bertuliskan "Ummah of Muhammad".

Berdasarkan info dari grup tersebut, atau deskripsinya, Rujuklah kepada Al-Haqq, dengan jumlah anggota puluhan orang. Sumber Riauonline.co.id, tak tahu ia dimasukkan dalam grup tersebut.

"Saya baru tahu Sabtu pagi, dan kawan-kawan juga baru tahu siangnya, bahkan usai penangkapan Zamzam, nomor telepon seluler mereka dimasukkan ke dalam grup WhatsApp tersebut," ucap sang sumber, Minggu, 3 Juni 2018.

Sumber lainnya juga mengatakan, saat penangkapan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri, sempat ditanyakan oleh aparat siapa yang masuk WhatsApp Zega alias Zamzam.

Saat itulah, tutur sumber, teman sepermainan Zamzam kaget. Mereka baru tahu dimasukkan begitu saja, tanpa ada dihubungi atau minta izin masuk ke grup bernuansa Islam tersebut.

"Ada di antara kawan-kawan kemudian memilih left atau keluar dari grup buatan Zamzam. Ada juga yang masih di dalam grup, biar dikeluarkan atau tak aktif, ada juga takut dan khawatir, tiba-tiba keluar dari grup tersebut," jelasnya.

Riauonline.co.id juga melihat dan membaca apa saja isi grup dibuat tersangka peracik bom Universitas Riau tersebut. Isinya masih tataran kajian Islam, daulah dan pengetahuan lainnya.

Pada Sabtu siang, 2 Juni 2018, Densus 88 menangkap tersangka peracik bom dengan daya ledak tinggi, Zamzam di Homestay Mapala Sakai FISIP Unri. Padahal, Zamzam dan dua rekannya yang lain, B dan K, bukan lagi menyandang status mahasiswa, melainkan sudah alumni.

Zamzam merupakan lulusan Pariwisata dan masuk pada 2005. Sedangkan B, alumni Administrasi Publik atau Negara, masuk atau angkatan 2001. Sedangkan K, baru saja lulus dari Ilmu Komunikasi. Polisi sudah menetapkan Zamzam sebagai tersangka, dua lainnya masih berstatus saksi dalam kasus penemuan bom di Universitas Riau tersebut.

Baca berita menarik dari Riauonline.co.id lain di sini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Detik-Detik Penangkapan Zamzam versi Alumnus Unri

Penangkapan terhadap sejumlah alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau (FISIP Unri) dan penemuan bom di lingkungan kampus tersebut diharapkan tak terulang di masa depan. Harapan ini dikemukakan Syahrul Mubarak, salah satu alumnus.

Di depan matanya sendiri, ia melihat terduga teroris disangkakan sebagai perakit bom berdaya ledak tinggi, Zamzam alias MNZ, ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri, Sabtu, 2 Juni 2018, sekitar pukul 13.30 WIB, di Homestay Mapala Sakai.

Padahal, sebagai sesama alumnus dan satu angkatan masuk FISIP Unri, 2003, serta kawan-kawan lainnya, sudah sering mengingatkan MNZ untuk tidak menjalankan aktivitas berbahaya bersinggungan dengan material mudah meledak di kampus.

"Kami sudah sering mengingatkan MNZ, untuk tidak melakukan hal berbahaya bersinggungan dengan material tersebut. Namun, ia hanya menganggap itu candaan saja," kata Syahrul secara khusus kepada Riauonline.co.id, Sabtu malam, 2 Juni 2018.

Ia menceritakan, ia main ke Homestay Mapala Sakai, karena Sabtu sore akan diselenggarakan berbuka puasa alumni. Usai salat zuhur, ia ke homestay.

Sekitar pukul 13.30 WIB, sekelompok orang berpakaian bebas datang dengan satu mobil Toyota Innova dan 7 sepeda motor. Mereka mendatangi dan masuk ke homestay. Syahrul sempat bertanya ke kelompok tak dikenal tersebut.

"Ini ada apa, kok main masuk kasar seperti itu, sopan sedikitlah," kata Syahrul. Kemudian seorang di antara mereka yang masuk itu bersuara. "Tak tahu kawan kau itu rakit bom ah," jawab seorang polisi.

Mendengarkan jawaban tersebut, Syahrul pun terdiam. Ia kemudian ditanyakan oleh polisi. "Siapa nama kamu," tanya polisi. "Arul Bang," jawab Syahrul. "Syahrul Mubarak ya," tanya polisi itu kembali. "Iya Bang," jawab Arul.

Zamzam Tertidur Pulas Saat Ditangkap

Ketika itu, terduga perakit bom, MNZ, sedang tertidur pulas di bangunan berbahan batu bata tak berplester tersebut. Saat ditangkap, MNZ sama sekali belum membuka matanya, saat Densus 88 memborgol.

Badannya yang kecil, membuat terduga peracik bom ini dengan gampangnya dilumpuhkan aparat. Tak lama berselang, tiba terduga lainnya, K, dengan motor pinjaman milik Syahrul.

Sabtu pagi, K, meminjam motor milik Syahrul untuk membawa kakaknya check up kesehatan pada sebuah rumah sakit, di Pekanbaru. "Siangnya saya telepon K, sudah di mana? Saya mau buka bersama dengan alumni. Antar motor ya ke homestay," kata Syahrul menirukan percakapannya di telepon dengan K.

Tak lama usai menangkap dan memborgol MNZ, motor dikendarai K tiba di Mapala Sakai. Saat itulah, Densus 88 bertanya ke K. "Kau siapa, kau K ya," tanya anggota Densus ke K.

Tak dapat mengelak, K kemudian mengakui, iya K. "Ayo ikut," perintah polisi sambil memborgol tangan K. "B sudah kita amankan terlebih dahulu," lanjut polisi tersebut.

MNZ ditangkap di homestay, sedangkan barang bukti diduga bom berada di lantai II Gelanggang Mahasiswa FISIP Unri.

"Saya satu angkatan dengan MNZ. Namun, beda Diklat dengan bersangkutan. Ia baru mengenal Islam secara intensif sejak setahun terakhir. Istilahnya, preman tobat. Karakternya ia periang, dan bergaul," kata Syahrul.

Saat itu, ceritanya, ia sempat diinterogasi dan ditanyakan mengenai identitas KTP dan nomor handphone. Syahrul sudah memperkirakan, Densus 88 sudah melakukan pendalaman dan tahu siapa saja orang-orang sekitar MNZ.

Di dalam Homestay Mapala Sakai, tuturnya, ada lima orang. Dua orang itu ia dan MNZ, satu lagi Afni, satu dua lagi adik-adik perempuan anggota Mapala Sakai.

Tak hanya itu, Densus 88 juga menyita dan mengamankan busur, anak panah serta senjata angin. Barang-barang itu dipergunakan oleh MNZ untuk aktivitas olahraga, seperti olahraga syariah yang lagi tren saat ini.