Liputan6.com, Bandar Lampung - Perkumpulan Peduli Nusantara (PINUS) berikhtiar untuk melakukan kajian sejarah Lampung dan mempopulerkannya melalui pembuatan sebuah film dokumenter masa lampau.
Kisah Lampung masa lalu atau Lampung Tumbai masih belum banyak dikaji dan minim referensi maupun akses terhadap sumber-sumber sejarah menjadikan narasi akan identitas Lampung tak banyak bergaung.
"Kondisi itu, mendorong PINUS berikhtiar untuk melakukan kajian narasi sejarah Lampung dan mempopulerkannya melalui medium film dokumenter," kata Ketua Perkumpulan Peduli Nusantara (PINUS) Efin Nurtjahja G Soehada, di Bandar Lampung, Rabu, 6 Juni 2018, dilansir Antara.
Advertisement
Padahal, menurutnya, wilayah Lampung dikenali sebagai potret multikulturalisme yang mewujud di Indonesia. Sebagai wilayah yang dihuni banyak pendatang, masyarakat setempat dikenal akrab dengan beragam suku dan agama.
Baca Juga
"Dari sudut pandang historis, Lampung juga mencuri perhatian karena berbagai aspek, mulai dari jejak megalitikum, kisah federasi kerajaan Islam yang membentuknya, serta riwayat kolonialisme Eropa," kata Efin pula.
Tak hanya itu, ujar Efin, hasil bumi dari negeri di ujung Pulau Sumatera nan subur ini pun membuatnya menjadi magnet tersendiri. Kesemua itu menjadikan Lampung sebagai wilayah dengan identitas kultural yang unik.
"Agaknya, identitas kultural ini belum sepenuhnya disadari sebagai modal sosial pembangunan," katanya lagi.
Efin menjelaskan, pada 2017, PINUS telah mengawali produksi serial dokumenter ini dengan melakukan riset terhadap kajian sosiohistoris Lampung. Riset dilakukan terhadap objek-objek wilayah Lampung yang memiliki potensi wisata dan ekonomi.
Sejak Januari 2018, tim dokumenter PINUS pun mulai meliput seluruh wilayah tersebut. Objek peliputan mengerucut pada banyak hal, mulai dari kisah Sekala Bekhak, jejak megalitikum, sastra, kain tapis, hasil bumi (kopi dan lada), ketokohan Radin Inten II, syiar Islam dan pertalian dengan Bugis, hingga refleksi multikulturalisme Lampung dan identitas Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai.
"Bertepatan dengan momentum bulan suci Ramadan, sepuluh judul dokumenter berdurasi 10-12 menit mengenai sejarah Lampung ini pun kini dapat disaksikan di channel youtube 'Tapak Lampung'," katanya lagi.
Tak hanya menjangkau penonton yang memiliki akses terhadap internet, PINUS juga akan meluncurkan dan melakukan kegiatan nonton bareng bersama komunitas dan masyarakat Lampung secara langsung dalam waktu dekat. Ia berharap melalui film dokumenter, ekonomi Lampung turut terangkat.
"Film ini harus bebas disaksikan oleh siapa pun. Saya harapkan serial ini akan menjadi medium alternatif pendidikan sejarah dan kebudayaan Lampung," kata dia.
Saksikan video pilihan berikut ini: