Banda Aceh - Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam tutup usia. Pewaris Kesultanan Aceh itu mengembuskan napas terakhir di RS Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu, 6 Juni 2018, sekitar pukul 06.45 Wita.
Sebelum dipulangkan ke Aceh, jenazah disemayamkan di rumah duka Jalan Kesra Raya, Perumnas Tanjung Karang, Mataram. Yang Mulia (YM) Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam binti Tuanku Raja Ibrahim adalah keturunan Sultan Muhammad Daodsyah.
Ia merupakan Sultan Aceh Darussalam yang terakhir yang memimpin perang melawan Belanda. Setelah puluhan tahun, dia ditangkap dan ditawan dibuang ke Rawamangun, Jakarta Timur. Makam Sultan Muhammad Daodsyah berada di Rawamangun, Jakarta Timur.
Advertisement
Berdasarkan informasi Tuanku Raja Yusuf yang merupakan adik dari Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam, jenazah almarhumah akan dikebumikan di Aceh.
"Kemungkinan jenazah Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam akan dimakamkan di samping ayah beliau, Tuanku Raja Ibrahim di Baperis," kata Akademisi dan pemerhati sejarah Muhammad Adli Abdullah Bawarith dalam keterangannya di Banda Aceh, Rabu, 6 Juni 2018.
Baca Juga
Badan Pembina Rumpun Iskandarmuda (Baperis) merupakan kompleks makam Sultan Iskandar Muda. Di sana ada makam Sultan Besar Sultan Mansur Syah. Lokasinya di samping Museum Aceh dan di sisi Meuligoe Gubernur Aceh.
Lembaga Kebudayaan Antarbangsa, Pusat Kebudayaan Aceh-Turki (PuKAT) mengucapkan duka mendalam atas wafatnya Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam. Kepergian Sultanah Cahya Nur Alam adalah kehilangan besar, tidak hanya bagi Aceh, tapi juga Indonesia.
"Beliau adalah satu-satunya pelaku sejarah yang masih bisa memetakan peristiwa-peristiwa sejarah yang dilalui leluhurnya. Sayangnya, lagi-lagi pemerintah Aceh terlambat untuk mengumpulkan dan menyebarkan pikirannya pada generasi Aceh yang saat ini terbenam dengan teknologi internet," ucap owner PuKAT Dr Mehmet Ozay.
Menurutnya, kepergian pewaris Kesultanan Aceh itu telah menutup satu jendela Aceh pada dunia. Mehmet mendoakan agar almarhumah mendapatkan tempat dengan derajat paling tinggi di sisi Allah SWT.
Sementara itu, Kepala Biro Humas Setda Aceh Rahmad mengatakan, informasi awal bahwa jenazah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam diberangkatkan kemarin dari Jakarta ke Aceh pada pukul 18.00 WIB.
"Menurut informasi yang kami dapatkan tadi demikian. Cuma saya belum konfirmasi ke Jakarta apakah sesuai jadwal atau tidak. Saya mengecek terlebih dahulu. Siapa tahu ada perubahan jadwal," tutur Rahmad.
Pemerintah Provinsi Aceh akan menyambut secara khusus atas kedatangan jenazah almarhumah cucu Sultan Aceh itu. "Kami juga akan melihat kembali soal jadwal Pak Gubernur Aceh. Untuk saat ini, belum bisa kami sampaikan karena itu bisa disesuaikan," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Dimakamkan Malam Hari
Tiba di Banda Aceh, jenazah pewaris Kesultananan Aceh langsung dikebumikan pada malam hari. Jenazahnya tiba di lokasi pemakaman sekitar pukul 22.30 WIB.
Kedatangan jenazah diiringi salawat dari ratusan pelayat yang datang mengantar dan mengikuti proses pemakaman. Proses pemakaman berlangsung sekitar sejam atau berakhir pada pukul 23.00 WIB.
Pemakaman Yang Mulia (YM) Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam binti Tuanku Raja Ibrahim bin Sultan Muhammad Daodsyah, Sultan Aceh Darussalam yang terakhir ini juga dihadiri Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf dan sejumlah pejabat lainnya.
Usai dikebumikan, keluarga Sulthanah Putroe dan ratusan pelayat yang datang tak langsung pulang. Mereka melantunkan doa dan selawat di sisi kubur almarhumah.
Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam binti Tuanku Raja Ibrahim bin Sultan Muhammad Daodsyah wafat pada 21 Ramadan 1439 Hijriah tahun ini.
Sulthanah Putroe berpulang pada usia 84 tahun. Sebelum dipulangkan ke Aceh, jenazah disemayamkan di rumah duka Jalan Kesra Raya No.124, Perumnas Tanjung Karang, Mataram, NTB.
"Hari ini telah kita mengantar seorang senior kita cucu dari Raja Aceh terakhir Sultan Daud Syah. Cucu perempuan yang meninggal di Mataram ribuan kilometer dari Aceh, akhirnya sampai juga ke tanah kelahirannya," kata Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf.
Dalam kesempatan itu, Irwandi mengajak semua pihak untuk mendoakan Sulthanah Putroe agar diterima di sisi Yang Maha Kuasa. Selaku Gubernur Aceh, ia menyatakan resmi melepas jenazah Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam binti Tuanku Raja Ibrahim bin Sultan Muhammad Daodsyah.
"Mari kita berdoa, agar beliau senantiasa mendapat rida Allah. Saya yakin ia telah berbuat banyak selama hidupnya," ujarnya.
Advertisement