Sukses

Lopo Bukan Sekedar Lumbung di Rumah Timor

Setiap rumah orang Timor khususnya di Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tenggah Selatan hingga Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur pasti memiliki Lopo di halaman rumah.

Liputan6.com, Kupang - Setiap rumah orang Timor khususnya di Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tenggah Selatan hingga Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur pasti memiliki Lopo di halaman rumah. Lopo ditopang oleh empat tiang kokoh dari kayu bulat dan atap kerucut dari daun alang-alang.

Lopo memiliki fungsi ganda, sebagai tempat penyimpanan hasil kebun (padi dan jagung) dan barang kebutuhan lainnya sekaligus tempat warga serta keluarga bertukar pikiran. Lopo sangat efektif sebagai tempat berteduh dari panas terik matahari dan hujan.

Lopo sebagai lumbung diibaratkan sebagai perempuan dan rumah sebagai laki-laki dan merupahkan satu kesatuan utuh bagi warga Timor di Kecamatan Bikomi Selatan Kab Timor Tengah Utara (TTU)

"Lopo sudah warisan nenek moyang kami. Gunanya sebagai tempat simpan hasil panen dan juga tempat berkumpul," ujar Manue Funan, Tetua Adat di Desa Naiola Kecamatan Bikomi Selatan, Kamis 7 Juni 2018.

Lopo juga menjadi tempat menenun bagi para perempuan Timor yang ingin merajut dan menenun kain tenun ikat dan sebagai wadah menerima tamu sebelum masuk ke dalam rumah.

Menurut dia, tiang penyangga lopo berupa bulatan yang terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menghalangi jalan atau masuknya tikus atau kucing yang Ingin mengambil hasil panen yang disimpan di lopo.

Fungsi Lopo tidak hanya itu. Lopo juga menjadi tempat bagi warga membahas setiap persoalan yang dihadapi. Termasuk gotong-royong di desa biasanya warga berkumpul di Lopo untuk membahasnya. Atau saat ada upacara adat, segala persiapan dibahas bersama di Lopo.

"Sebagai orang Timor, Lopo dan perempuan sudah menjadi satu kesatuan," kata dia.

2 dari 2 halaman

Filosofi Persaudaraan Warga Timor

Menyebut kata Sopi, pandangan langsung tertuju pada minuman khas masyarakat Nusa Tenggara Timur. Minuman dengan kandungan alkohol tinggi ini juga memiliki makna tersendiri bagi sebagian masyarakat Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT.

Sopi selalu hadir sebagai pelengkap ritual adat-istiadat. Karena alasan itulah sopi tetap abadi sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat. Merdeka.com berkesempatan berkunjung ke rumah Antonius, salah seorang warga yang memproduksi sopi di Kota Kefamenanu, TTU.

Dia menceritakan bagaimana hubungan sosial antar warga, terjalin erat berkat kehadiran sopi. Warga juga selalu memperkenalkan sopi pada tamu atau pengunjung yang datang dari luar wilayah mereka. Tamu selalu disuguhi sopi sebagai tanda telah diterima dengan baik dan atas nama persahabatan.

"Ini pengamatan saya ya, kami warga di sini itu dekat satu sama lain karena sopi ini. Misalnya kalau ada orang baru datang menetap, sopi yang membuat kami akhirnya dekat satu sama lain," cerita Antonius kepada Liputan6.com, Kamis (7/6/2018).

Namun, tidak ada pemaksaan untuk meminum sopi. Kalau berminat boleh dicicipi, kalaupun tidak maka tuan rumah pasti menyediakan minuman lain.

Warga TTU menyebut sopi dengan 'air kata-kata'. Bukan tanpa sebab sebutan itu disematkan. Salah satunya karena efek yang dihasilkan setelah meminum sopi. Menurutnya, setelah minum sopi, efek yang dihasilkan kadang membuat suasana lebih hidup.

"Kalau ada acara misalnya, kurang lengkap rasanya jika tidak ada sopi. Karena begitu seseorang minum sopi rasa malu bisa hilang dan suasana bisa cair di antara kami," jelas Antonius.

Karena kehadirannya sebagai pencair suasana dan penambah keakraban, maka disarankan tidak meminum sopi secara berlebihan. Antonius tak membantah risiko buruk minum sopi. Sebab, dampaknya bisa buruk bagi yang tidak bisa mengendalikan diri. Salah satunya bisa memicu perkelahian. bagi kesehatan, penyakit jantung membayangi jika meminum sopi berlebihan.

"Buruk kalau dikonsumsi berlebihan. Tapi sejauh itu diminum dengan rasa persaudaraan, saya kira sopi masih dibutuhkan," tutup dia.

Â