Liputan6.com, Banjarnegara - Dibanding bangsa buaya sejati (Crocodylus), misalnya buaya muara, keberadaan buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) sangat langka. Penyebarannya pun terbilang terbatas, antara lain Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
Bentuk moncongnya runcing dan sempit. Karakteristik warna kulitnya juga khas, berbeda dengan buaya muara yang selama ini lebih populer di masyarakat. Ukuran tubuh buaya senyulong juga lebih kecil dan pendek.
Sebab itu, buaya senyulong pun dilindungi dengan undang-undang sebagai salah satu hewan langka yang terancam punah. Baik itu oleh perburuan, kerusakan, dan menyempitnya habitat, hingga kompetisi perebutan makanan, terutama dengan manusia.
Advertisement
Baca Juga
Keunikan dan kelangkaan itulah yang membuat buaya Senyulong banyak diburu pemelihara satwa. Bagi mereka, memelihara satwa langka adalah kebanggaan.
Salah satunya, Indra, warga Banjarnegara. Tiga tahun lalu, ia memperoleh buaya senyulong dengan cara membeli lewat kenalannya.
Sejak saat itu, ia pun memelihara buaya senyulong di kolamnya. Makanan utama buaya tersebut adalah ikan dan daging.
Makanan yang terjamin dan perawatan yang baik membuat buaya senyulong ini cepat besar. Kini, buaya senyulong itu telah memiliki panjang 2,3 meter.
Saksikan video pilihan berikut ini:
3 Tahun Dipelihara, Buaya Senyulong Berpisah dengan Pemiliknya
Namun, Indra mendapat informasi bahwa buaya senyulong adalah jenis satwa dilindungi. Karena itu, ia pun menghubungi Call Center BKSDA Jawa Tengah untuk memastikan hal tersebut.
Oleh petugas, Indra memperoleh penjelasan bahwa buaya yang tiga tahun dipeliharanya terancam punah. Maka, ia pun dilindungi dan tak bisa sembarangan dipelihara oleh warga.
Orang yang akan memelihara buaya senyulong harus memiliki izin. Pemeliharaan ilegal pun terancam pidana.
Dengan kesadarannya, Indra pun berniat menyerahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah. Pada Rabu malam, 6 Juni 2018, petugas BKSDA Resort Wonosobo mengevakuasi buaya Senyulong dari kolam milik Indra.
"Buaya dievakuasi dalam kondisi sehat dan hidup," ucap petugas RKW Wonosobo, Endi Suryo, melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 8 Juni 2018.
Buaya senyulong ini kemudian dititipkan ke Taman Rekreasi Marga Satwa TRMS Serulingmas Banjarnegara. Dengan penambahan ini, koleksi buaya di TRMS Banjarnegara menjadi lima ekor.
Dalam penyerahan itu, Indra pun bercerita kepada petugas BKSDA bahwa ia tak tahu bahwa buaya senyulong dilindungi undang-undang. Ia tertarik memelihara lantaran keunikan dan kelangkaannya.
"Dia beli. Karena keunikannya dan ketidaktahuannya itu termasuk satwa dilindungi," Endi menjelaskan.
Advertisement
Ternyata, Buaya Senyulong Pemalu
Endi mengimbau agar masyarakat yang memelihara satwa langka mengikuti contoh yang diberikan Indra. Begitu mengetahui hewan tersebut dilindungi, ia menyerahkannya kepada BKSDA.
Selain terancam pidana, beberapa satwa liar, termasuk buaya, juga berbahaya dan ganas saat sudah berukuran besar. Buaya harus dipelihara oleh ahlinya. Pemelihara pun harus mengantongi izin memelihara atau penangkaran buaya.
Selain di Banjarnegara, buaya senyulong lain di wilayah Banyumar Raya diketahui berada di Penangkaran Buaya Dawuhan Kulon Kecamatan Kedungbanteng, milik Fatah Arif Suyanto.
Fatah mengungkapkan, berdasar pengamatannya, tabiat buaya senyulong berbeda dengan buaya muara yang dipeliharanya. Buaya senyulong terkesan malu-malu.
Hal itu terbukti saat Liputan6.com berkunjung ke penangkaran buaya itu pada Maret lalu. Saat diberi sepotong daging, buaya senyulong berboot 200 kilogram itu hanya terdiam.
Saat disorongkan ke moncongnya yang panjang, buaya ini memilih mundur dan merendam sebagian tubuhnya ke air. Bongkaan daging itu tak membuatnya kepincut.
"Mungkin masih malu ya," ujar Fatah, saat itu.
Hal itu berbeda dengan buaya muara yang berada di kolam lainnya. Saat potongan daging ayam dilempaarkan, secepat kilat, buaya-buaya berbobot 250-an kilogram itu langsung menyambar dengan ganas.
Buaya senyulong yang berada di Penangkaran Buaya Dawuhan Kulon berbobot 200 kilogram ini sebelumnya dipindah dari Weleri, Kendal pada Februari 2018. Selain buaya senyulong, di penangkaran ini, terdapat jenis buaya muara dan buaya asal Papua. Seluruhnya berjumlah 26 ekor.