Sukses

Ki Juru Taman dan Sirnanya Perjanjian Gaib di Gunung Merapi

Penulis Kisah Keluarga Tak Kasat Mata mengungkap bahwa hilangnya Geger Boyo sekaligus menjadi waktu bagi Ki Juru Taman untuk pergi dari Gunung Merapi.

Sleman - Runtuhnya Geger Boyo pada awal Juni 2006, tepatnya pada Minggu 4 Juni, membuat luncuran awan panas Gunung Merapi langsung melaju ke arah hulu Sungai Gendol. Material vulkanik yang merupakan kubah lava Merapi tahun 1911 tersebut tak lagi bisa jadi pelindung alami wilayah selatan dan tenggara Yogyakarta.

Setidaknya begitulah analisis ilmiah yang dikeluarkan otoritas terkait kejadian tahun 2006 tersebut. Kala itu, masyarakat Yogyakarta dikejutkan dengan bergejolaknya Gunung Merapi dan gempa besar yang berpusat di Bantul, 27 Mei 2006. Ribuan warga meninggal dunia saat itu, karena gempa yang bahkan hanya terjadi 57 detik saja. Yogyakarta berduka.

Kembali ke sisi lain, apa yang sebenarnya terjadi saat Geger Boyo benar-benar luluh lantak tidak bersisa. Apakah Ki Juru Taman yang sebelumnya diceritakan mendiami kubah lava tersebut sudah selesai menjalankan misinya menjaga anak cucu Mataram dan pergi begitu saja?

Kembali Bonaventura Genta, penulis Kisah Keluarga Tak Kasat Mata yang beberapa waktu terakhir juga melakukan penelusuran ke Merapi menceritakan sebuah kisah pada KRjogja.com.

Hampir mirip dengan cerita lama masyarakat yang memercayai kisah sisi lain Merapi lainnya, Genta mengungkap bahwa hilangnya Geger Boyo sekaligus menjadi waktu bagi Ki Juru Taman untuk pergi dari Merapi.

"Sejarah mengatakan, perjanjian di masa lalu bahwa Ki Juru Taman akan berhenti menjaga Merapi saat Wong Jawa Wis Ilang Jawane. Geger Boyo runtuh, maka hilang pula rumah beliau yang dipercaya menjaga," ia membeberkan.

Hal tersebut kemudian kembali dikaitkan Genta dengan kejadian erupsi Merapi yang pada 2006 dan 2010 mengarah ke Yogyakarta. "Mitos bahwa Desa Kinahrejo tidak akan terkena awan panas pun akhirnya terbantahkan oleh Merapi," sambungnya.

Lalu, apakah sebenarnya memang orang Jawa sudah kehilangan identitas kejawaannya? Tampaknya masyarakat harus kembali bertanya pada diri sendiri dan mengintrospeksi.

Beberapa waktu ke belakang muncul kabar bahwa penguasa Mataram kembali melakukan perjanjian dengan Ki Juru Taman. Namun begitu, Genta tak berani lagi menjelaskan lebih dalam bagaimana kelanjutan kisah sisi lain Gunung Merapi yang kadang sulit diterima nalar tersebut.

"Mungkin kita perlu juga menghargai kehidupan di sisi yang lain, namun ke manakah saat ini Ki Juru Taman. Saya tidak bisa menjawabnya, tapi beliau lah yang dahulu mengatur lalu lintas aktivitas Merapi agar tidak sampai Yogyakarta," ujarnya.

Baca berita menarik dari KRJogja.com lain di sini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Penjaga Gaib Yogya dari Letusan Merapi

Konon, Ki Juru Taman dipercaya memiliki pasukan yang dinamakan Banaspati dan dahulu bertugas menghalau material Gunung Merapi tidak mengarah ke selatan.

Saat mengulas sisi lain Gunung Merapi, Bonaventura Genta (penulis Keluarga Tak Kasat Mata) sempat menyinggung sosok Ki Juru Taman yang tak lain adalah makhluk astral yang ada sejak awal mula Kerajaan Mataram.

Kala itu, Genta memang belum secara detail menceritakan siapa sebenarnya sosok Ki Juru Taman yang digambarkan sebagai raksasa bertubuh besar.

Dalam perbincangan selanjutnya Genta yang juga sempat melakukan penelusuran ke Gunung Merapi, akhirnya menceritakan secara lebih mendalam mengenai sosok tersebut. Kata-kata pertama yang diucap Genta saat belum lama ini berbincang dengan KRjogja.com, yakni Geger Boyo.

Geger Boyo dahulu sangat familiar, terutama bagi masyarakat Yogyakarta. Geger Boyo adalah sebuah bukit terletak di sisi selatan Gunung Merapi yang secara tidak langsung menjadi "pelindung" sisi selatan (Yogyakarta) dari material, awan panas ataupun lahar erupsi Merapi.

Tak berhenti di situ, kisah Genta lantas berlanjut pada cerita masa lampau saat Ki Juru Taman menggelar perjanjian dengan Kerajaan Mataram untuk setia menjaga anak cucu Mataram dari amukan Gunung Merapi.

Kesaktian dan keluguan Ki Juru Taman ternyata memang dibuktikan paling tidak hingga tahun 2006, di mana hampir tidak pernah Merapi menunjukkkan dampaknya pada Yogyakarta.

Menurutnya, mungkin itulah mengapa dulu letusan Merapi selalu ke arah timur dan barat, tidak pernah ke selatan.

"Itu sebelum tahun 2006, tapi setelah itu, ada hal lain," ucap pemuda yang sedang menggarap akun Instagram @kisahtanahjawa ini.

Ki Juru Taman, seturut diceritakan Genta dipercaya memiliki pasukan yang dinamakan Banaspati dan dahulu bertugas menghalau material Merapi tidak mengarah ke selatan. Geger Boyo itulah yang diyakini tempat berdiam Ki Juru Taman bersama pasukan tak kasat mata miliknya.

Banyak masyarakat yang memercayai kisah lama tersebut sebagai bagian dari kehidupan. Namun, tidak sedikit yang kemudian mencerca sebagai karangan belaka yang memang tak bisa dibuktikan dengan perhitungan ilmiah.

Namun, inilah kenyataan yang hidup dan berkembang di masyarakat Jawa, memercayai bahwa Gunung Merapi itu hidup seturut apa yang diinginkan.