Liputan6.com, Yogyakarta - Brownies adalah penganan yang kerap ditemui di setiap kota. Merek dan rasanya pun beragam. Namun, brownies yang satu ini tidak bisa disamakan dengan kebanyakan roti bantat lainnya.
Brownies yang diproduksi Pawon Kayu Sleman ini bermotif batik. Saking miripnya, sekotak brownies batik kerap disangka lembaran kain batik asli.
Brownies batik pertama kali diproduksi pada 2014. Pasangan suami istri Ani Kusumawati dan Slamet Saksono alias Bejo yang menggagasnya.
Advertisement
Baca Juga
Keberadaan brownies batik yang baru pertama kalinya di Yogyakarta ini sudah memancing penasaran banyak orang. Pesanan berdatangan tidak hanya dari dalam kota, melainkan juga luar kota.
Terlebih pada momentum tertentu, seperti Lebaran atau akhir tahun, pesanan membeludak. Pernah, mereka melayani ratusan pesanan yang harus diselesaikan H-1 Lebaran.
"Saya suka membuat kue dan memakai batik, jadi kenapa tidak menggabungkan keduanya," ucap Ani saat ditemui di kediamannya yang berlokasi di Jalan Bahagia, Sambirembe Sambirejo, Selomartani, Kalasan, Sleman, Kamis, 21 Juni 2018.
Motif batik yang dipakai beragam. Namun, kebanyakan pelanggan menyukai motif batik klasik sogan. Motif favorit yang dipilih pelanggan meliputi kawung, parang, jarik gendong, dan sidomukti.
Selain membuat brownies batik, Ani juga menerima pesanan bolu gulung motif batik. Brownies batik berukuran 12x30 centimeter dibanderol harga Rp 60.000, sedangkan harga bolu gulung motif batik sepanjang 24 centimeter Rp 75.000.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Pembuatan Bertahap
Membuat brownies motif batik tentu tidak sesederhana brownies biasa. Tidak cukup dengan menuang adonan dan mengukusnya.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menerapkan motif batik di atas loyang. Adonan yang sudah diberi warna sesuai dengan kebutuhan dijadikan sebagai tinta untuk menorehkan motif batik.
Motif batik terlebih dulu digambar di atas kertas transparan kemudian dijadikan pola utama atau mal di atas loyang. Mal itu dilapisi kertas kue dan motif dibuat mengikuti pola tersebut.
Setelah itu, adonan motif batik dikukus selama lima sampai tujuh menit. Kemudian, adonan brownies lapis pertama kembali dituang ke dalam loyanh dan kembali dikukus selama 10 menit.
Setelah matang, adonan cokelat lele dituang ke dalam loyang dan dikukus tidak lebih dari lima menit. Terakhir, tuang adonan brownies kembali dan kukus sekitar 10 menit.
"Dinginkan sampai asapnya hilang dan kemas dalam kotak," kata Ani.
Brownies batik bisa bertahan selama lima hari di suhu ruangan dan lebih dari seminggu ketika disimpan di dalam kulkas.
Rata-rata dalam satu pekan bulan biasa ia menerima pesanan 10 kotak. Jumlah yang relatif sedikit untuk berjualan kue, akan tetapi Ani memaklumi hal itu.
Tenaga untuk membuat brownies batik baru dua orang, yakni ia dan suaminya.
Â
Advertisement
Sering Gagal di Awal
Sekalipun sudah terbiasa membuat kue dan roti, perempuan berusia 42 tahun ini juga sempat mengalami kegagalan di awal membuat brownies batik.
"Saya belajar lewat YouTube dan internet, tetapi ternyata komposisinya sering tidak pas," kata Ani.
Hampir setiap hari selama satu bulan, ia dan suaminya bereksperimen membuat brownies batik. Kegagalan yang sering mereka temui adalah pola batik tidak menempel di ketika brownies sudah matang.
"Ternyata setelah berkali-kali mencoba akhirnya kami menemukan komposisi adonan yang sesuai," tuturnya.
Rasa brownies batik juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Komposisi yang pas membuat roti ini terasa legit dan padat dengan tingkat kemanisan yang pas.
Dalam waktu dekat, Ani juga berencana untuk membuka usaha rumah roti dan kopi yang menjual berbagai macam makanan bermotif batik.