Liputan6.com, Indragiri Hilir - Fenomena anjloknya harga kelapa di Indragiri Hilir, Riau menjadi perhatian serius oleh Pemerintah setempat, pasokan melimpah yang berasal dari Filipina diduga menjadi faktor eksternal penghambat ekspor kelapa Inhil.
"Hal ini lah yang membuat kita kalah dalam persaingan pasokan kelapa ke luar negeri. Padahal sejak 2013, ekspor kelapa Inhil ke negara-negara jiran, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand begitu tinggi. Sekarang permintaan itu malah turun drastis," ucap Bupati Muhammad Wardan, Rabu (27/6/2018), dilansir Antara.
Bupati mengatakan, pangsa pasar ekspor kelapa Inhil, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand telah berhasil "direbut" oleh negara tetangga Filipina. Kelapa Filipina di pasar dunia juga dikenal sebagai kelapa dengan kualitas standar.
Advertisement
Baca Juga
Dia mengisahkan, lima tahun silam, tepatnya pada tahun 2013, kawasan perkebunan di Filipina diterpa bencana angin bahorok yang meluluhlantakkan ribuan hektare pohon kelapa di sana.
Pasca-bencana itu, produksi kelapa Filipina merosot tajam. Ini membuat kelapa Inhil mendapatkan pangsanya di negara tetangga. Tidak berapa lama setelah bencana yang menimpa kawasan perkebunan kelapa Filipina, masyarakat petani di sana melakukan replanting atau penanaman kembali.
"Sekarang, replanting itu telah menghasilkan, kelapa-kelapa di Filipina telah memasuki usia produktif dan menghasilkan kelapa-kelapa dengan kualitas standar sehingga pangsa pasar yang sempat dikuasai Inhil kembali direbut," ujarnya.
Minimnya permintaan tidak berbanding lurus dengan banyaknya penawaran. Bupati yang mengaku pernah berdialog dengan direksi PT Pulau Sambu Guntung (PSG) mengatakan, bahwa saat ini pasokan perusahaan industri pengolahan kelapa itu sudah melampaui batas kebutuhan.
Pihak perusahan mengatakan membutuhkan pasokan 2 juta butir kelapa per harinya. Tiga tahun lalu mereka hanya dapat pasokan sekitar 800 ribu per hari. Sekarang, PSG mendapat penawaran sebesar lima juta butir per harinya.
"Tentu over kapasitas. Ini juga menjadi masalah," jelasnya.
Kelebihan penawaran komoditas kelapa ini kerap kali menimbulkan problem baru. Bupati menuturkan, dengan begitu banyaknya penawaran, kapal-kapal pengangkut kelapa terpaksa mengantre untuk membongkar kelapa yang dibawa.
"Karena mengantre terlalu lama, banyak kejadian kelapa yang berada pada tumpukan bawah itu menjadi busuk dan bertunas. Akhirnya, kerugianlah yang kembali dirasakan masyarakat petani," papar Bupati Wardan.