Sukses

Mahasiswa UGM Ciptakan Headset Pereda Nyeri Rahang

Tak perlu khawatir rahang pegal karena membuka mulut lebar saat merawat gigi ke dokter. Sekelompok mahasiswa UGM ini menemukan solusinya

Liputan6.com, Yogyakarta - Sekelompok mahasiswa UGM menciptakan headset pereda nyeri rahang untuk pasien yang melakukan perawatan gigi. Alat yang diberi nama Gusta atau Gadjah Mada Ultrasound Therapy ini dirancang oleh Amri Siddiq Pangestu, Eltrin Khotimah Maharti, dan Nurzahra Sekar Ningrum.

Pembuatan headset ini berlatar belakang ketika orang melakukan perawatan gigi sering muncul rasa tidak nyaman, seperti, pegal dan kaku di area rahang, karena membuka mulut lebar. Pada beberapa kasus, pasien masih merasakan pegal dalam jangka waktu lama.

Hal ini berpotensi menimbulkan gangguan sistem pengunyahan atau Temporo Mandibular Disorder (TMD).

"Perangkat yang dikembangkan ini mampu memberikan relaksasi otot-otot di sekitar area rahang," ujar Amri, Jumat, 29 Juni 2018.

Gusta merupakan inovasi alat kesehatan yang mampu memancarkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tepat. Gelombang yang dipancarkan memberi rasa nyaman dan merelaksasi otot sekitar rahang sehingga meminimalkan terjadinya pegal, kaku rahang, maupun TMD.

Menurut Amri, gelombang ultrasonik telah lama digunakan di dunia medis. Gelombang ini mampu menyembuhkan rasa sakit dan kaku pada otot dengan menghasilkan efek mekanis serta termal, sehingga mampu meningkatkan temperatur jaringan di sekitarnya dan melancarkan aliran darah.

Gusta tersusun dari tujuh komponen utama, yakni, mikrokontroler, generator gelombang ultrasonik, pengatur input-output, headphone, sensor suhu, LCD, tranduscer ultrasound.

Headset ini lahir dari Progam Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) UGM 2018 dan berhasil memperoleh dana penelitian dan pengembangan dari Kemenristekdikti.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Memudahkan Kerja Dokter Gigi

Headset ini bekerja dengan mengubah sinyal listrik menjadi gelombang ultrasonik yang bisa diatur. Pasien bisa memakai headset dengan menyesuaikan dengan sendi rahang pasien.

Kemudian, tombol power dihidupkan untuk menyalakan alat serta frekuensi dapat diatur sesuai kenyamanan pasien.

"Sebelum mengeluarkan frekuensi, pada alat ini dioles gel untuk meminimalkan kontak kulit yang membuat tidak nyaman dan memaksimalkan efek pancaran gelombang ultrasonik," kata Nurzahra.

Ia menyampaikan Gusta tidak hanya nyaman bagi pasien, tetapi juga memudahkan dokter saat melakukan perawatan gigi dan mulut. Sebab, alat ini dilengkapi LCD yang menampilkan suhu dan frekuensi Gusta.

Ia berpendapat, alat ini bisa mengurangi ketidaknyamanan pasien saat perawatan gigi. Oleh karena itu, loyalitas dan ketekunan pasien melakukan perawatan gigi dan mulut bisa terjaga.

Mereka menghabiskan biaya hingga Rp 11 juta untuk pengembangan alat ini. Apabila diproduksi massal alat ini bisa dijual seharga Rp 2,5 juta.