Sukses

Hangatkan Pagimu dengan Secangkir Kopi Liberika dari Lereng Gunung Prau

Kopi Liberika merupakan spesies kopi kedua yang ditemukan manusia. Kopi langka ini masih banyak diperoleh di Gunung Prau.

Liputan6.com, Kendal - Dua jenis kopi yang populer di Indonesia adalah Arabika dan Robusta. Selain itu ada juga jenis Liberika, tapi tak banyak dibudidayakan. Salah satu alamat untuk mendapatkan kopi ini adalah daerah Kendal, Jawa Tengah.

Di beberapa kecamatan eks Kawedanan Selokaton masih banyak didapatkan kopi Liberika. Ciri-cirinya lebih besar, berbatang lurus, dengan tajuk meninggi. Daun panjang dan meruncing, berpermukaan kasar dan tebal, warna hijau kekuningan. Ukuran buah kopi Liberika juga sangat besar, dengan biji (green bean) berwarna cokelat terang, berukuran besar, dan berbentuk memanjang.

Eks Kawedanan Selokaton yang meliputi Kecamatan Patean, Sukorejo, Pageruyung, dan Plantungan berada di ketinggian kurang lebih 530 meter di atas permukaan laut. Daerah yang berada di sisi timur Gunung Prau ini merupakan wilayah selatan kabupaten Kendal. Kecamatan Patean merupakan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Temanggung.

Petani setempat menyebut kopi ini dengan berbagai nama, di antaranya Abeo, Bariya Kopi Gede, Kopi Jowo, dan Kopi Umbaran. Banyak petani menebang pohon kopi jenis ini karena produktivitasnya rendah. Usaha memetiknya pun susah.

"Karena pohonnya tinggi, petani sampai harus menggunakan tangga," kata Eko Siswanto, pemilik usaha pengolahan kopi Ekopi Gunung Prau, kepada Liputan6.com, Minggu, 1 Juli 2018.

Kopi Liberika memiliki cita rasa buah-buahan, kecut sekaligus manis. Dia sering menemukan keunikan dari kopi ini. "Banyak beda biji Liberika, saya menemukan biji yang berbeda," tuturnya.

Terkadang Eko mendapat biji kopi dengan ciri yang tak sama padahal pohonnya sama. Ada petani membawa green bean dengan biji yang runcing pipih, ada juga yang kecil bulat, ada juga yang pipih namun berukuran lebih besar dari biji robusta.

Kebanyakan pohon kopi Liberika di Kawedanan Selokaton berusia lebih dari lima puluh tahun. "Bahkan pernah ada yang membawa green bean lLberika dari pohon yang berusia hampir seabad," ujarnya.

Karena kelangkaannya, kata Eko, kopi Liberika di pasaran termasuk tinggi harganya dibanding dengan Robusta dan Arabika. Dia menyebut harga kopi ini bisa mencapai Rp 200 ribu per kilogram untuk green bean. Namun jika mengolahnya asal-asalan harganya akan jatuh rendah bahkan sama dengan harga Robusta yang harganya berkisar Rp 30 ribu per kilogram untuk green bean.

Kopi Langka 

Pengamat pertanian, Floribertus Rahardi, menjelaskan kopi Liberika merupakan spesies kopi kedua yang ditemukan manusia. Habitat asli kopi Liberika di kawasan tropis Afrika, dari Uganda sampai Angola Utara. Kopi Liberica ditemukan dan didiskripsi oleh ahli matematika dan botani Inggris William Philip Hiern (1839–1925) pada 1876.

Di Indonesia sendiri kopi ini didatangkan Pemerintah Hindia Belanda ke Indonesia untuk menggantikan kopi Arabika yang pernah berjaya pada abad 18 dan 19. Waktu itu Jawa merupakan penghasil kopi utama dunia. Hingga di Eropa, minum kopi disebut “minum jawa”. Sebutan ini masih tersisa di Eropa Utara.

Akhir abad ke-19, areal perkebunan kopi Arabika di Jawa hancur terserang penyakit karat daun. Untuk menanggulanginya, Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan kopi Liberika, Robusta dan Ekselsa.

Di Indonesia, kopi Liberika tergolong langka. "Jenis kopi ini hampir tak pernah dibudidayakan dalam skala komersial secara massal. Sebab tingkat produktivitas per satuan luas jauh di bawah kopi Robusta dan Arabika" kata Rahardi.