Sukses

Akhir Pelarian 2 Tersangka Pembunuh Gajah Bunta di Aceh Timur

Polisi masih mengembangkan kasus pembunuhan gajah Bunta. Pasalnya, tak tertutup kemungkinan bakal muncul sejumlah nama lain yang diduga terlibat.

Liputan6.com, Idi - Polisi berhasil mengungkap kasus pembunuhan gajah Bunta, gajah jinak di Kamp Conservation Response Unit (CRU) Lokop, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, pada awal Juni lalu, dengan menangkap dua tersangka.

Kapolres Aceh Timur, AKBP Wahyu Kuncoro menjelaskan, penangkapan kedua tersangka berawal dari penyelidikan dan pengembangan oleh tim khusus setelah ditemukan bangkai gajah jinak di CRU Serbajadi, Sabtu, 9 Juni 2018.

Selain menangkap dua tersangka, polisi juga menemukan penggalan gading gajah sepanjang 120 centimeter yang dibawa kabur pelaku setelah membunuh gajah Bunta. Meskipun tidak disebutkan identitas pelaku, keduanya kini sudah diamankan guna penyelidikan dan proses hukum.

Polisi juga masih mengembangkan kasus pembunuhan gajah Bunta. Pasalnya, tak tertutup kemungkinan bakal muncul sejumlah nama lain yang diduga terlibat dalam pembunuhan gajah jinak di pedalaman Aceh Timur itu.

"Tersangka kita tangkap secara terpisah di tempat persembunyiannya di pedalaman Aceh Timur," ucap Wahyu saat ditanya wartawan di Idi, Senin, 2 Juli 2018, dilansir Antara.

Menurut pengakuan pelaku, barang bukti berupa gading gajah yang berhasil dipenggal saat itu selama ini dikuburkan. "Alasannya, gading tersebut belum sempat dijual, tapi rencananya memang mau dijual," tutur Wahyu.

Saat ini, barang bukti dan tersangka sudah berada di Polres Aceh Timur, tapi kasusnya masih terus dikembangkan.

Sebelumnya, satu dari empat gajah jinak yang disiagakan di Kamp CRU Lokop, ditemukan mati diracun pada Sabtu, 9 Juni 2018. Gajah Bunta ditemukan mati sekitar 500 meter dari CRU Lokop, Desa Bunin, Kecamatan Serbajadi.

Kondisi kepala gajah berdarah akibat terkena senjata tajam. Bahkan salah satu gading juga hilang. Ketika itu, polisi menemukan sejumlah barang bukti di lokasi seperti sisa buah kuini dan pisang serta kantong plastik. Buah-buahan itu diduga telah dibubuhi racun, sehingga kematian gajah Bunta diperkirakan akibat menelan racun.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 3 halaman

Polisi Kantongi Identitas Pembunuh Gajah Bunta

Sebelumnya, pihak kepolisian mengemukakan, kasus terbunuhnya gajah Bunta di Kamp CRU Lokop, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, Sabtu, 9 Juni lalu, sudah mulai menemukan titik terang.

"Identitas terduga pelaku sudah kita kantongi, mudah-mudahan segera tertangkap dan kasus kematian gajah jinak ini segera terungkap ke publik," ucap Kapolres Aceh Timur, AKBP Wahyu Kuncoro melalui Kasat Reskrim AKP Erwin S Wilogo, saat dihubungi di Idi, Sabtu, 23 Juni 2018, diwartakan Antara.

Ia mengaku, saat ini, timnya masih terus memburu dan mencari keberadaan pelaku. Meskipun demikian, Erwin berharap terduga pembunuh gajah Bunta segera menyerahkan diri bersama barang bukti satu gading gajah dibawa kabur bersamanya.

Jika menyerahkan diri dengan baik ke polisi, maka pelaku akan dihargai niat baiknya. "Karena itu, sebaiknya pelaku segera menyerahkan diri, sebab ke mana pun pelaku lari dan bersembunyi pasti polisi akan menemukannya," ujar Erwin.

Sebelumnya, satu dari empat gajah jinak yang disiagakan di Kamp CRU Lokop, ditemukan mati diracun, Sabtu, 9 Juni 2018. Tim Keswan dari BKSDA Aceh sudah melakukan nekropsi, namun hingga saat ini belum keluar hasil dari laboratorium dan forensik (labfor).

Begitu juga dengan tim penyidik Polres Aceh Timur juga sudah melakukan identifikasi dan olah tempat kejadian perkara (TKP) sesaat setelah gajah Bunta ditemukan mati. Sementara, lima petugas CRU Lokop sudah dipanggil dan dimintai keterangan sebagai saksi.

 

3 dari 3 halaman

Petisi Desakan Usut Pembunuhan Keji Gajah Bunta

Beberapa hari lalu, petisi mengajak warganet (netizen) mendesak pihak terkait mengusut pembunuhan gajah bernama Bunta di Aceh, muncul di dunia maya.

Petisi yang dimuat melalui situs Change.org itu digagas Teuku Nurhayati, seorang ustazah yang tinggal di Bireun, Aceh. Hingga Minggu, 1 Juli 2018, sekitar pukul 13.50 WIB, petisi tersebut telah ditandatangi hampir 40 ribu warganet.

Dalam keterangannya yang dikutip di akun tersebut, Nurhayati mengaku tak habis pikir bagaimana bisa seseorang membunuh binatang yang hampir punah hanya untuk diambil gadingnya.

"Yang lebih membuat saya terkejut itu adalah Bunta, gajah jinak yang saya temui saat berkunjung ke Conservation Respon Unit (CRU) Serbajadi tahun lalu, bertugas menangani konflik gajah dan manusia di Aceh. Dia gajah yang ramah, bahkan sempat memeluknya sebelum pulang," papar Nurhayati.

Dia menyatakan, sudah begitu banyak gajah dibunuh di Aceh dan juga Sumatera, semua kekejaman semata untuk diambil gadingnya.

"Saya merasa ada yang perlu diperbaiki dari moral kita. Saya terketuk membuat petisi ini karena saya harus menghentikan kekejaman yang terus terjadi terhadap gajah sumatera," tulis dia.