Sukses

Embun Es Juli-Agustus Bikin Dieng Bak Negeri Berselimut Salju

Embun es Dieng muncul saat musim kemarau dan berpotensi tinggi terjadi pada puncak kemarau, sekitar Juli dan Agustus.

Liputan6.com, Wonosobo - Embun es atau bun upas kembali muncul turun di Dataran Tinggi Dieng atau Dieng, setelah sebelumnya muncul pada akhir Dasarian kedua Juni 2018 lalu. Bahkan, embun es yang muncul pada Jumat pagi ini lebih tebal dibanding sebelumnya.

Kawasan yang diselimuti embun es pun semakin luas. Kompleks Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara hingga Bukit Sikunir Desa Sembungan, Kejajar, Wonosobo diselimuti embun es ini.

Embun es ini menempel di rerumputan sehingga tampak seperti salju di negeri empat musim. Indah bukan kepalang.

Pengurus Paguyuban rumah penginapan Desa Sembungan, Bukhori mengatakan kemunculan embun es lebih tebal ini sebenarnya telah diperkirakan oleh warga sejak beberapa hari lalu. Awal pekan ini, awan tebal menggelayut selama tiga hari berturut-turut.

Angin seolah terhenti. Suhu cenderung hangat namun dengan kelembapan tinggi.

Mendadak, pada Kamis malam, 5 Juli 2018, suhu turun drastis, meski tak jua bertiup angin, seperti hari-hari biasanya. Suhu turun hingga 5 derajat celcius.

Benar saja, Jumat (6/7/2018) subuh, embun es telah terbentuk di kawasan yang cukup luas. "Mulai dari Sikunir, Dieng, kena semua," ucapnya.

Bagi wisatawan, embun es adalah fenomena yang amat diburu. Mereka tak perlu terbang ke Eropa atau negara empat musim lain hanya untuk merasakan suhu titik beku dan hamparan salju.

Cukup datang ke Dieng di masa yang tepat, keindahan negeri empat musim tersaji di depan mata. Rumput dan semak yang berselimut embun es layaknya kristal yang berkemilau saat ditimpa matahari pagi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kapan Waktu Tepat Berburu Embun Es?

Lantas, kapan waktu yang tepat untuk menikmati embun es Dieng?

Kepala Stasiun Geofisika Setyo Aji menerangkan, embun es di Dieng berpeluang terjadi pada puncak kemarau. Pasalnya, pada musim kemarau, peluang terjadi hujan sangat kecil, karena tidak banyak tutupan awan yang berpotensi hujan.

Kondisi langit bersih tanpa tutupan awan itu menurunkan suhu pada kemarau. Dampaknya, suhu udara bisa mencapai nol derajat yang dapat menyebabkan uap air atau embun menjadi beku.

Namun begitu, menurut Setyo kemunculan embun es ini pun tak bisa diperkirakan secara pasti. Hanya saja, tanda-tanda kemunculannya bisa diamati jika prasyarat embun es sudah nampak.

Antara lain, suhu rata-rata di Dieng malam hari turun hingga di kisaran titik beku. Hampir pasti, pagi harinya, ketika suhu berada di titik terendah, embun es akan muncul.

Pengamatan tiap tahun, embun es Dieng muncul saat musim kemarau dan berpotensi tinggi terjadi pada puncak kemarau, sekitar Juli dan Agustus. Saat itu, suhu rata-rata Dieng turun di bawah titik beku.

"Berpeluang terjadi pada Juli atau Agustus. Saat puncak kemarau," Setyo Aji menjelaskan.

Bagi wisatawan, kemunculan embun beku ini mungkin adalah peritiwa yang fenomenal. Sebaliknya, bagi petani Dieng embun beku ini sangat dikhawatirkan.

"Dikenal masyarakat dengan istilah Bun upas atau embun beracun karena berdampak buruk bagi petani sayuran di Dieng, yang dapat menyebabkan tanaman menguning dan mati," dia menerangkan.

Karenanya, ia mengimbau agar petani menerapkan kalender pertanian yang tepat sehingga saat bun upas berpotensi turun, tanaman kentang sudah cukup resisten dicekam suhu dan embun beku. Dengan begitu, petani tak banyak merugi.

Di luar dampak negatifnya, fenomena bun upas juga berdampak positif untuk sektor wisata. Keberadaaanya diburu oleh para wisatawan sehingga meningkatkan kunjungan ke Dieng.