Sukses

Nestapa Petani di Balik Indahnya Fenomena Embun Es Dieng

Embun es kedua yang muncul pada 6 Juli 2018, berakibat fatal. Puluhan hektare tanaman kentang petani Dieng, Banjarnegara, rusak

Liputan6.com, Banjarnegara - Fenomena munculnya embun es di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah disambut gegap gempita. Warganet penasaran dengan keindahannya yang konon bak permata berkilau saat tertimpa cahaya matahari.

Keberadaan embun es digambarkan layaknya sensasi negeri empat musim yang tertutup salju. Wisatawan pun berdatangan ke Dataran Tinggi Dieng. Mereka berharap bisa menyaksikan secara langsung.

Bak pisau bermata dua, di luar dampak positif embun es yang menaikkan tingkat kunjungan turis, rupanya embun es juga amat ditakuti oleh petani Dieng, terutama petani kentang. Sebab itu, embun es oleh masyarakat lokal disebut Bun upas, atau embun beracun.

Embun es disebut embun beracun atau Bun upas bukan lantaran dapat mematikan manusia atau hewan. Ia, berbahaya bagi tanaman kentang dan sayuran petani Dieng.

Fenomena embun es hampir selalu disertai dengan rusaknya tanaman kentang petani. Hanya saja, skalanya yang berbeda. Kadang berdampak kecil dan meliputi kawasan tak terlampau luas, lain waktu berdampak signifikan dan berskala luas.

Tahun 2018 ini, embun es telah muncul dua kali. Pertama terjadi pada dasarian kedua Juni, adapun yang kedua muncul pada Jumat dinihari, 6 Juli 2018.

Embun es Juni tak berdampak besar, lantaran tipis dan hanya terjadi di spot-spot tertentu. Akan tetapi, embun es kedua pada 6 Juli 2018, berakibat fatal. Puluhan hektare tanaman kentang petani Dieng rusak.

Saksikan video dampak embun es di Dieng ini:

2 dari 3 halaman

35 Ha Tanaman Kentang di Dieng Kulon Rusak

"Ya kurang lebih sekitar 30 sampai 35 hektare lah. Kita masih mendata ini," kata Kepala Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, Slamet Budiono, Minggu, 8 Juli 2018.

Dia menjelaskan, seluruh tanaman kentang terdampak. Baik yang berusia muda maupun tua. Namun, tanaman kentang berusia antara 30-60 hari, atau usia lebih muda dari itu, disebut paling rawan.

Pasalnya, tanaman belum berbuah dan berdaya tahan lemah. Adapun tanaman yang lebih tua kisaran 80-90 hari, tetp terdampak namun masih bisa dipanen, sehingga petani tak rugi total.

"Kalau yang tua tidak masalah. Paling dipanen lebih cepat, ya lebih dini," dia menjelaskan kepada Liputan6.com.

Masyarakat Dieng sebenarnya sudah paham dengan risiko menanam kentang di musim kemarau. Namun, apa boleh buat, bertani adalah satu-satunya penghasilan sebagian masyarakat Dieng.

Mereka pun hanya bisa pasrah jika embun es muncul. Petani hanya berharap embun es tak terlampau tebal, sehingga tanaman kentang mereka selamat.

"Enggak bisa, mas. Memang tidak bisa diantisipasi. Wong itu, sudah menjadi kebiasaan ya. Seperti bulan Juli, Agustus, itu memang pas musim-musimnya itu, mas. Petani sendiri sebenarnya sudah tahu, bulan-bulan itu keluar Bun upas. Cuma ya, masih menanam biasa,” dia mengungkapkan.

3 dari 3 halaman

Prediksi BMKG Mengenai Munculnya Embun Es Juli-Agustus 2018

Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Setyo Aji Prayoedhi menerangkan fenomena embun es nyaris muncul tiap tahun. Namun, BMKG sendiri tak bisa memperkirakan waktu tepat kapan embun es bakal muncul.

Hanya saja, sejumlah parameter bisa menjadi tanda munculnya embun es. Antara lain, suhu siang rata-rata yang turun kisaran 10-12 derajat Celcius. Bisa dipastikan, pada dini hari suhu akan turun lagi di kisaran lima derajat Celsius. Saat itu lah, embun es berpotensi muncul embun es.

"Embun es akan di dekat permukaan tanah. Embun yang menempel di rumput atau tanaman kentang itu membeku," Setyo Aji menerangkan.

Ia juga tak bisa memastikan apakah setelah muncul embun es pada Jumat lalu, bakal muncul kembali embun es pada kemarau yang diprediksi berlangsung hingga Oktober ini. Sebabnya, Juli dan Agustus adalah puncak kemarau.

Namun, ia menyebut pada Agustus peluang munculnya embun es masih bisa terjadi, dengan prasyarat kembali terjadi suhu yang berada di titik beku. "Kalau suhunya turun lagi yang mungkin," dia menambahkan.

Karena itu, ia pun mengimbau agar petani mewaspadai kemungkinan embun es dengan tidak menanam kentang saat musim kemarau. Jika pun tetap menanam, petani diminta untuk memperhatikan informasi cuaca dan iklim agar saat embun es berpotensi muncul, tanaman kentang sudah berusia tua dan resisten.

"Informasinya kan bisa lewat PPL ya. Jadi nantinya dampak untuk petani tidak besar," imbuhnya.

Sebelumnya, Jumat dini hari lalu, embun es menyelimuti kawasan cukup luas. Embun es dilaporkan muncul di kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng, Kulon Batur, Banjarnegara, hingga Bukit Sikunir, Desa Sembungan, Kecamatan Kejajajar, Kabupaten Wonosobo, yang juga masih satu kawasan di Dataran Tinggi Dieng.