Sukses

Cek Persiapan Wisata Memburu Embun Es di Dieng

Embun es berpotensi kembali muncul pada kemarau antara Juli-Agustus ini.

Liputan6.com, Banjarnegara - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Jawa Tengah memperkirakan embun es atau Bun upas masih berpotensi muncul di Dataran Tinggi Dieng (DTD) pada musim kemarau 2018 ini.

Berdasar catatan BMKG, embun es biasanya memang muncul pada puncak kemarau antara Juli-Agustus. Meski tak bisa diprediksi secara tepat kapan waktu munculnya embun es,  beberapa parameter bisa menjadi petunjuk.

Antara lain, suhu siang rata-rata yang turun kisaran 10-12 derajat Celcius. Hampir bisa dipastikan, pada dinihari suhu akan turun lagi di kisaran lima derajat Celcius. Saat itu lah, embun es berpotensi muncul di Dieng.

Tak dipungkiri, munculnya embun es ini membuat masyarakat penasaran. Banyak wisatawan yang sengaja berkunjung ke Dieng untuk memburu penampakan embun es, atau hanya sekadar ingin menikmati sensasi suhu titik beku pegunungan Dieng.

Tentu wisata minat khusus ini mesti dipersiapkan sebaik mungkin. Pasalnya, wisatawan akan berhadapan dengan suhu ekstrem di luar ruangan terutama pada saat munculnya embun es, sekitar dini hari.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arief Rachman mengatakan, peringatan betapa ekstremnya suhu di Dieng bisa dilihat dari titik beku yang terjadi di Dieng yang menyebabkan banyak tanaman kentang menguning dan mati dicekam embun es.

Menurut dia, wisatawan yang hendak berkunjung ke Dieng pun perlu mempersiapkan perbekalan, mulai dari obat-obatan hingga pakaian hangat. Sebab, suhu dingin ekstrem pada masa munculnya embun es bisa memicu berbagai penyakit.

"Yang kena asthma, jangan lupa bawa obat-obatan. Yang tidak punya riwayat penyakit juga perlu mempersiapkan obat-obatan ringan," dia menerangkan, Minggu, 8 Juli 2018.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Peluang Munculnya Embun Es pada Juli-Agustus

Untuk melawan suhu dingin mendekati beku, jaket tebal saja tak cukup. Wisatawan perlu melengkapinya dengan sarung tangan, syal, penutup kepala dan telinga, serta bersepatu.

Hal itu mesti dilakukan untuk menghindari hipotermia lantaran paparan suhu dingin ekstrem. Jangan sampai wisata berujung celaka lantaran barang-barang penting lupa dibawa.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, Setyo Aji Prayoedi mengatakan embun es berpotensi kembali muncul pada kemarau antara Juli-Agustus ini. Namun, ia tak bisa memprediksi secara pasti kapan waktu tepat munculnya embun es.

Sebab, embun es juga dipengaruhi oleh faktor regional. Menurut dia, embun es yang muncul pada 6 Juli 2018 lalu, selain karena suhu yang dingin pada kemarau juga dipengaruhi oleh angin Monsoon Australia yang membawa suhu dingin, terutama di wilayah Indonesia di selatan garis khatulistiwa.

Dengan berakhirnya pengaruh angin Monsoon Australia, kemungkinan temperatur turun ke nol derajat celcius peluangnya mengecil. Namun, suhu dingin di bawah 10 derajat Celcius masih berpeluang terjadi, terutama di daerah dataran tinggi atau pegunungan.

Setyo Aji juga mengaku tak bisa memastikan apakah setelah muncul embun es pada Jumat lalu, bakal muncul kembali embun es pada kemarau yang diprediksi berlangsung hingga Oktober mendatang.

Namun, ia menyebut pada Agustus peluang munculnya embun es masih bisa terjadi, dengan prasyarat kembali terjadi suhu yang berada di titik beku.

"Kalau potensi sih sebenarnya kita masih, selama bulan kemarau, puncaknya memang Agustus. Kalau potensi bun upas sih," Setyo Aji mengungkapkan.

Terkait suhu titik beku, ia juga mengimbau agar wisatawan tak lupa mempersiapkan jaket dan perlengkapan lain untuk menghangatkan diri. Hal itu untuk membantu tubuh melawan suhu dingin Dieng yang berpotensi berada di titik beku.