Semarang - Tak ada yang berbeda ketika memasuki Gang Buntu, Jalan Pedamaran, Kauman, Semarang Tengah. Sama seperti gang-gang lainnya, pemandangan sendu penuh orang berlalu-lalang tampak di kawasan tersebut. Namun, suasana itu sangat berbeda ketika tempat ini masih dijuluki sebagai pusat kebugaran dan tempat lahirnya pria-pria kekar.
Sudah setahun belakangan lokasi Gang Buntu yang tembus ke Sungai Semarang ini menjadi kawasan biasa. Terutama sejak tempat bernama Gorilla Power Gym dinonaktifkan. Rumah bernomor 34 milik Kardi (50) di ujung gang itu dahulunya populer sebagai pusat kebugaran emperan.
"Dulu setiap sore sebelum dinonaktifkan setahun lalu, bahkan pagi Subuh itu ramai orang. Mereka berlatih di sepanjang pinggiran jalan di ujung gang samping gudang pecah-belah ini," ujar Kardi saat ditemui JawaPos.com di lokasi, Kamis, 19 Juli 2018.
Advertisement
Baca Juga
Ia menyebut alasan ditutupnya gym pinggir jalan ini adalah ketidaktersediaan tempat. Tempat yang digunakan sebagai gudang peralatan, kini dipakai menjadi kamar tidur sang kakak yang turut mendiami rumah Kardi.
Padahal, di tempat inilah dulunya terlahir para lelaki berotot yang bisa dibilang cukup berprestasi.
"Bukan dari segi atlet ya, tapi mereka itu jadi pemenang di kontes body fit, adu panco kelas 85 kg. Ada yang ikut kejuaraan sampai Surabaya juga. Kami ajarkan teknik yang saya dapat dari bos di tempat kerja saya dulu,"Â ucap Kardi.
Di tempat tak jauh dari lokasi Kardi diwawancarai, tepatnya di luar bangunan, memang terlihat tumpukan besi-besi tampak usang dan agak berkarat tergeletak begitu saja. Benda-benda ini ternyata sisa-sisa dari pusat kebugaran Gorilla Power Gym.
Â
Baca berita menarik lainnya dari JawaPos.com di sini.
Â
Keluarga Besar Gorilla Power Gym
Lempengan-lempengan dan tiang serta kerangka besi itu dulunya adalah peralatan angkat berat.
"Ada katrol, press, dimple, yang semuanya kebetulan kalau peralatan, saya yang bikin. Saya kan kerja juga jadi tukang las. Ada yang dari cor-coran semen dan as roda. Tapi sejak saya tutup, beberapa sudah saya jual," terang bapak satu anak ini.
Dibuka sejak tahun 1996 silam, sudah tak terhitung berapa orang yang pernah tergabung dalam keluarga Gorilla Gym. Mereka adalah warga sekitar dengan profesi dan latar belakang beragam. Ada tukang becak, kuli bangunan, pelajar, bahkan pengangguran.
Bahkan, menjamurnya pusat-pusat kebugaran modern diklaim Kardi tak lantas mengecilkan nama Gorilla Gym. Mereka masih terus membanjiri rumah Kardi yang sebagian besar berdindingkan seng. Apalagi bagi yang sudah membayar Rp 10 ribu dan menjadi anggota, setelahnya hanya ditarik tarif seikhlasnya.
"Intinya, mereka ke sini selain untuk berlatih, cari kesibukan, jadikan hobi positif. Alasan yang sama ketika buka gym ini dulu. Tapi kalau yang cari prestasi, saya arahkan di tempat yang lebih profesional, tapi banyak juga yang habis dari sini terus jadi satpam atau bodyguard," katanya.
Dalam benak Kardi, masih ada keinginan kuat menghidupkan kembali Gorilla Power Gym. Dirinya pun berharap ada yang mau menyumbangkan tanah sebagai lokasi baru tempat fitness emperan miliknya.
"Banyak yang datang dan tanya, kapan buka lagi. Ya, saya masih belum bisa jawab karena memang belum ada tempat," dia menandaskan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement