Sukses

Sumur-Sumur Warga Kering, Kapan Hujan Turun di Bandung?

Karena sumur-sumur mengering, warga di Kabupaten Bandung harus merogoh kocek lebih dalam.

Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung menyatakan sebagian wilayah Bandung, Depok, Bogor, Sukabumi dan Cianjur berpotensi hujan disertai angin kencang pada siang menjelang sore ini.

"Peringatan dini, waspada hujan yang disertai angin kencang pada siang menjelang sore hari di sebagian wilayah Depok, Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Bandung," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Klas I Bandung, Tony Agus Wijaya, dalam siaran persnya, Senin (23/7/2018), dilansir Antara.

Tony mengatakan prakiraan cuaca Provinsi Jawa Barat pada Senin pagi hari secara umum berawan hingga cerah berawan. Kemudian, antara siang dan sore hari secara umum cerah hingga berawan dan berpotensi hujan ringan hingga sedang di sebagian wilayah Depok, Bogor, Sukabumi bagian utara, Cianjur bagian utara dan Bandung.

"Pada malam hari secara umum cerah berawan hingga berawan dan dini hari secara umum cerah berawan hingga berawan," kata dia.

Suhu udara di wilayah Jawa Barat bagian utara, kata Tony, ialah 23-33 derajat Celsius dengan kelembaban udara 45-80 persen. Sementara itu, suhu udara wilayah Jawa Barat bagian selatan ialah 19-32 derajat Celcius dengan kelembaban udara 55-90 persen.

Sedangkan, kecepatan angin secara umum bertiup dari arah Timur Laut hingga Tenggara dengan kecepatan lima hingga 30 km/jam.

Sebelumnya, sejumlah warga Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat kesulitan mendapatkan air bersih sehingga harus membeli atau mengambil air ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Sumur di musim kemarau kering, ini juga sudah banyak yang kering," kata Sari, seorang warga yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih di Kompleks Pamoyanan, Desa Panenjoan, Cicalengka, Kabupaten Bandung di Bandung, Minggu, 22 Juli 2018.

Ia menuturkan kesulitan air bersih sudah berlangsung cukup lama. Apalagi saat musim kemarau, air sumur maupun pompa milik warga, sudah tidak ada airnya.

Sejumlah warga, kata dia, terpaksa harus membeli dari penjual air bersih yang biasa keliling perumahan dengan harga Rp 20 ribu untuk memenuhi kebutuhan mandi, memasak, mencuci pakaian, maupun perabotan rumah.

"Kalau saya setiap hari beli air, harganya Rp 20 ribu, sehari bisa habis delapan 'kompan' (jeriken), kalau lagi nyuci bisa 12 'kompan'," katanya.

 

 

2 dari 2 halaman

Sumur Artesis Tak Mempan

Ia menyampaikan bahwa sebelumnya pihak pemerintah desa membuat sumur artesis untuk dialirkan ke rumah warga yang menjadi pelanggan air sumur tersebut. Namun, katanya, sumber air tersebut tidak mengalir secara normal, bahkan tidak ada airnya. Walaupun sewaktu-waktu mengalir, debit airnya relatif kecil.

"Tetangga saya yang pada pasang sudah berhenti (langganan air artesis, red.) karena kocoran air sedikit, terus kadang enggak ngalir airnya," kata ibu rumah tangga itu.

Selain di Pamoyanan, warga di Kampung Kebon Kelapa, Desa Panenjoan, Cicalengka mengalami hal serupa. Seorang warga setempat, Nurhaeni, mengaku harus mengambil air bersih setiap hari ke daerah lain yang masih memiliki banyak sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Setiap hari saya harus ngambil air ke rumah saudara pakai sepeda motor, karena di rumah tidak ada air," katanya.

Ia berharap, pemerintah memperhatikan kebutuhan air bersih bagi warga Kecamatan Cicalengka karena kondisi tersebut selalu terjadi pada musim kemarau. Air bersih, kata dia, merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi setiap hari untuk kebutuhan minum, memasak, mencuci, maupun membersihkan diri.

"Air itu sangat penting, saya harap pemerintah memperhatikan warga yang kesulitan mendapatkan air bersih," kata Nurhaeni.

Saksikan video pilihan berikut ini: