Sukses

Sumber Air Menyusut, Petani Cirebon Terancam Gagal Panen

Musim kemarau di Cirebon, menyebabkan puluhan hektare lahan pertanian mengalami kekeringan.

Liputan6.com, Cirebon - Kekeringan juga melanda Cirebon, Jawa Barat. Musim kemarau membuat banyak petani di wilayah barat Cirebon dihantui kekeringan lahan garapan mereka.

Minimnya salurah irigasi membuat sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Cirebon, perlahan mengering. Aktivitas petani terhambat lantaran sulitnya mencair air untuk mengairi sawah mereka.

"Jarak sumber air sangat jauh dan sawah di Desa Gegesik. Kesulitan air. akhirnya petani mengubah pola tanam dengan tanaman palawija," ucap Petani Desa Gegesik Kabupaten Cirebon, Roji (48), Selasa, 24 Juli 2018.

Tak sedikit petani yang mengeluh lahan garapannya mulai mengering, bahkan mulai mengeras. Roji mengakui, saat ini, petani kesulitan menemukan sumber air yang lokasinya berdekatan dengan sawah garapan.

Dari kondisi tersebut, petani berharap segera turun hujan agar sawah mereka tidak lagi mengering. Selain itu, petani berharap ada upaya pemerintah dalam menangani kekeringan.

"Sudah tidak ada hujan dan saluran irigasi mulai mengering, sehingga sumber air sudah tidak ada. Sedangkan area sawah belum melakukan tanam keburu kekeringan," kata dia.

Salah seorang petani lain di Desa Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Sutadi mengaku, para petani di tiga kecamatan, yakni Arjawinangun, Ciwaringin, dan Gempol mengandalkan air untuk mengaliri sawahnya dari embung yang ada di Desa Geyongan.

Namun, saat ini, kondisi embung tersebut perlahan mulai surut, sehingga para petani terancam gagal panen akibat kekeringan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Sumber Air Bergilir

"Sudah lebih dari 13 hari, saat ini petani kebingungan karena embung tersebut satu-satunya sumber air di wilayah Arjawianngun dan sekitarnya," sebut Sutadi.

Dia memprediksi, dari kondisi tersebut, sekitar 10 hari ke depan diperkirakan tidak ada air, bahkan terancam gagal panen. Saat ini, mereka hanya mengandalkan air giliran dari Sungai Rajagaluh Majalengka yang melewati Sungai Walahar Kabupaten Cirebon.

"Tapi itu dilakukan 15 hari sekali tidak setiap hari," sambung dia.

Dia menjelaskan, aliran air dari Sungai Rajagaluh, Majalengka, menjadi harapan petani Cirebon. Petani dan perangkat desa setempat terus mengawal aliran air dari Sungai Rajagaluh hingga Walahar.

Sutadi menyebutkan, butuh waktu hingga sehari penuh untuk memastikan aliran air dari Sungai Rajagaluh ke petani Cirebon.

"Saat ini musim kemarau, bisa saja di tengah jalan disedot warga lain jadi saat malam pun harus kita kawal. Ini harus dikawal karena pengairannya bergiliran ke desa lain,” katanya.

Keluhan serupa disampaikan seorang petani asal Desa Geyongan, Kurdi. Menurutnya, dengan keringnya embung Geyongan membuat warga kesulitan mencari air.

"Saat kita dapat giliran air, ya kita manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari dengan mengambil dari sungai. Itu pun menunggu giliran dengan desa lain," ujarnya.