Liputan6.com, Garut - Peringatan Hari Anak Nasional yang dirayakan kemarin, dinodai dengan aksi penusukan siswa sekolah dasar (SD), di Cikajang, Garut, Jawa Barat, hingga tewas.
FNM (12), siswa kelas VI SDN Cikandang 1 Cikajang, Garut, harus kehilangan nyawa di tangan HKM, teman sekelasnya sekaligus kawan bermain sehari-hari, hanya karena hal sepele.
"Saya sudah ikhlas, mau bagaimana lagi, saya serahkan saja sama Allah yang maha kuasa," ucap Feri (36), ayah korban dengan nada menahan tangis, saat ditemui di rumah orangtuanya, Kampung Barukai, Desa Margamulya, Cikajang, Selasa (24/7/2018) sore.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, kejadian yang menimpa putra sulungnya bak kilat di siang bolong. Feri yang beraktivitas sebagai pedagang sayuran itu, mendapati anak kesayangannya terbujur kaku dengan bersimpah darah saat pulang ke rumahnya setelah diberi tahu sang istri.
"Pas istri saya bawa ke puskesmas juga sudah lemah, namun masih ada denyut nadi," ujar dia.
Tuti Fatmawati (32), ibu korban menambahkan, kejadian nahas yang menimpa anaknya berlangsung di Kampung Babakan, sekitar pukul 12.30 WIB, Sabtu, 21 Juli 2018.
Saat itu, korban yang masih mengenakan seragam sekolah dasar, bertengkar dengan pelaku akibat salah paham yang disebabkan kehilang buku milik pelaku.
Tak terima dengan perlakuan korban, pelaku kemudian meminjam gunting dari rekannya, yang baru saja digunakan di sekolah untuk kegiatan kesenian.
Nahas, ternyata benda tajam itu digunakan pelaku untuk menghunjami korban hingga berlumuran darah, akibat luka di beberapa bagian tubuhnya. "Yang saya lihat darah paling banyak dari kepala belakang sama punggung," kata dia.
Saat pertama kali dibawa ke Puskesmas Cikajang, ia sempat mengganti baju seragam merah putih yang dikenakan anaknya akibat banyaknya darah yang keluar. Namun, takdir berkata lain.
Keesokan harinya, putra pertama dari dua bersaudara itu, harus lebih dulu menghadap Sang Ilahi, akibat ulah dari teman sepermainan korban.
"Mohon maaf saya belum bisa kembali ke rumah untuk menenangkan diri dulu beberapa waktu di sini," ujar Feri sembari menunjukkan kediaman orangtuanya yang ia tinggali saat ini di Cikajang, Garut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Â
Dipicu Hal Sepele
Adapun Kapolsek Cikajang, AKP Cecep Bambang mengatakan, kasus yang menimpa FD dipicu hal sepele. Saat itu, HKM, terduga pelaku tunggal dalam kasus itu, kehilangan buku tulis, sehari sebelumnya.
Selidik demi selidik, buku milik pelaku ternyata ditemukan keesokan harinya di bawah meja belajar yang biasa ditempati korban. Cekcok pun terjadi di antara dua siswa satu kelas itu, hingga berujung pertengkaran di belakang sekolah, sesaat jam kepulangan belajar mereka berlangsung.
"Pelaku diduga menusuk korban menggunakan gunting yang dibawa bekas pelajaran kesenian," ujarnya.
Akibat parahnya luka tusuk benda tajam tersebut, kepala belakang korban dekat telinga sebelah kanan, serta punggung korban berlumuran darah hingga akhirnya tumbang.
"Korban sempat dilarikan ke puskesmas terdekat, kemudian dirujuk ke RSU satu malam dirawat, namun besoknya meninggal dunia," kata dia.
Untuk bahan penyelidikan lebih lanjut, polisi mengamankan sejumlah barang bukti berupa gunting, baju korban yang berlumur darah. Pelaku tidak dikenakan penahanan akibat belum cukup umur berdasarkan hukum.
Advertisement
Orangtua Korban Pilih Islah
Meskipun luka hati menyayat hati Feri dan keluarga, ia sudah mengikhlaskan kepergian anaknya, tanpa ada tuntutan hukum kepada pelaku. "Kecuali kalau anak selamat dan nyawanya tertolong, saya akan menggugat, tapi ini meninggal," kata dia.
Menurutnya kejadian nahas yang menimpa anaknya, murni musibah besar, meskipun dengan perantara perbuatan manusia. "Soal pelaku karena masih di bawah umur, saya serahkan semuanya pada aparat penegak hukum," ujar dia.
Meskipun proses hukum dari penegak hukum tetap berlangsung, namun ia menyatakan tidak akan melakukan tuntutan. "Saya sepakat di atas materai untuk tidak saling menuntut, orangtua pelaku juga sudah minta maaf," kata dia.
Agar kejadian tak terulang, pun meminta pihak sekolah agar lebih teliti memberikan tugas kepada siswa, dengan tidak meminta membawa senjata tajam ke sekolah.
"Saya mohon hentikan (bawa senjata tajam), supaya tidak ada lagi kejadian kedua, ketiga, dan seterusnya setelah anak saya," tutur dia sambil menutup mukanya menahan kesedihan.
Kini, harapan panjang Feri yang berharap anaknya menjadi pengusaha sukses itu kandas tinggal kenangan. Putra tertuanya yang dipercaya sebagai seksi keamanan di kelasnya itu, telah terbaring tenang selamanya di pemakanan umum Kampung Batukai, Desa Margamulya, Cikajang.
Terancam Skorsing Sekolah
Meskipun pihak keluarga korban tidak akan memperpanjang persoalan secara hukum, pihak SDN Cikandang 1, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, tetap akan memberikan hukuman skorsing kepada HKM, 12 tahun, terduga kasus penusukan.
Kepala SDN Cikandang 1, Wawan Sopian, mengatakan, skorsing tersebut berlaku selama proses penyidikan oleh pihak dari Kepolisian Resor (Polres) Garut.
"Supaya kondusif saja untuk memperlancar (proses) hukumnya juga," ujarnya.
Untuk menghindari kejadian serupa, lembaganya melarang seluruh siswa membawa benda tajam dalam kegiatan belajar dan mengajar.
"Semoga saja ini yang terakhir," dia berharap.
Advertisement