Liputan6.com, Denpasar - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, Bali, mengingatkan kepada masyarakat, termasuk nelayan untuk mewaspadai gelombang tinggi. Pasalnya, gelombang tinggi masih berpotensi terjadi diperkirakan hingga besok atau Kamis (26/7/2018).
"Kami imbau masyarakat untuk mempertimbangkan kondisi tersebut sebelum melaut," ucap Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, Taufik Gunawan di Denpasar, Rabu (25/7/2018), diwartakan Antara.
Taufik merinci untuk perkiraan tinggi gelombang laut mencapai 1,5 hingga 6 meter berpotensi terjadi di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, dan Selat Lombok bagian selatan.
Advertisement
Baca Juga
Untuk Samudra Hindia wilayah selatan Bali hingga Nusa Tenggara Barat (NTB), gelombang tinggi diperkirakan mencapai 3,5 hingga 6 meter. Sedangkan tinggi gelombang laut di perairan Laut Bali diperkirakan mencapai 0,5 hingga 2 meter dan Selat Bali bagian utara mencapai 1,25 hingga 2,5 meter.
BMKG lebih lanjut memetakan risiko terhadap keselamatan pelayaran untuk perahu nelayan agar mewaspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan ketinggian gelombang di atas 1,25 meter.
Untuk kapal tongkang agar mewaspadai angin kecepatan lebih dari 16 knot dan ketinggian gelombang mencapai lebih dari 1,5 meter. Kapal penyeberangan atau feri diimbau untuk mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan ketinggian gelombang lebih dari 2,5 meter. BMKG juga mengimbau untuk kapal berukuran besar seperti kapal kargo atau kapal pesiar agar mewaspadai kecepatan angin lebih dari 27 knot dan gelombang tinggi lebih dari 4 meter.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Gelombang Tinggi Masih Ancam Perairan Indonesia
Gelombang laut dengan ketinggian mencapai enam meter masih mengancam sejumlah perairan di wilayah Indonesia hingga hingga besok atau Kamis (26/7/2018).
Informasi dari Kepala Bagian Humas (BMKG) Hary Tjatmiko di Jakarta, Rabu (25/7/2018), menyebutkan ketinggian gelombang empat hingga enam meter masih terjadi di sejumlah perairan.
Ia merinci ketinggian gelombang 4-6 meter tersebut berpeluang terjadi di perairan utara Sabang, perairan utara Aceh, perairan barat Pulau Simeulue, perairan barat Kepulauan Nias hingga Kepulauan Mentawai.
Gelombang tinggi juga berpeluang terjadi di perairan Enggano-Bengkulu, perairan Barat Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, Samudra Hindia Barat Sumatera, perairan selatan Banten, perairan selatan Jawa, perairan selatan Pulau Bali hingga Pulau Sumbawa.
"Serta di Selat Bali hingga Selat Lombok dan Selat Alas bagian Selatan, Selat Sumba bagian Barat, perairan selatan Pulau Sumba, Samudra Hindia Selatan Jawa hingga NTT," imbuhnya, dilansir Antara.
Sementara gelombang laut dengan ketinggian 2,5 meter hingga empat meter juga berpeluang terjadi di perairan Barat Aceh, Selat Sunda bagian Utara, perairan selatan Flores, Laut Sawu, perairan selatan Pulau Sawu hingga Pulau Rote.
Sedangkan gelombang laut dengan ketinggian sedang atau mencapai 1,25 meter hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di Selat Malaka bagian utara, perairan Timur Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, perairan selatan Kupang, Selat Ombai, Laut Timor Selatan (NTT), perairan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, perairan selatan Kepulauan Kei hingga Kepulauan Aru.
Serta di Laut Arafuru, Selat Karimata, Laut Jawa, perairan selatan Kalimantan, Selat Makassar bagian Selatan, Selat Lombok Sagian Utara, perairan timur Kepulauan Wakatobi, perairan Manui hingga Kendari dan Laut Flores bagian Timur.
Lalu, Laut Banda, perairan selatan Kepulauan Banggai hingga Kepulauan Sula, perairan Kepulauan Sangihe hingga Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian utara, perairan utara Halmahera, dan Samudra Pasifik utara Halmahera.
BMKG memprakirakan puncak gelombang ekstrem terjadi pada 24-25 Juli 2018. Selanjutnya, gelombang tinggi hingga empat meter masih berpeluang terjadi hingga 28 Juli 2018, karena memasuki puncak musim kemarau pada Juli-Agustus mendatang.
Advertisement