Sukses

Gelombang Tinggi Hantam Puluhan Kapal di Bengkulu

Puluhan kapal nelayan di Kabupaten Kaur dan Kota Bengkulu, dilaporkan rusak dihantam gelombang setinggi lebih dari 3 meter.

Liputan6.com, Bengkulu - Gelombang tinggi di perairan Samudra Hindia sebelah barat Pulau Sumatera terjadi sepanjang pagi hingga siang tadi. Puluhan kapal nelayan di Kabupaten Kaur dan Kota Bengkulu, dilaporkan rusak hihantam gelombang setinggi lebih dari 3 meter.

Tidak hanya kapal, hantaman gelombang tinggi juga merusak rumah milik warga Desa Tanjung Besar Kecamatan Kaur Selatan. Kediaman Mustafa (59) tersebut rusak berat, bahkan rata dengan tanah.

Alinin Bahrun, warga Desa Linau, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur, mengatakan air laut yang naik ke permukaan pantai sejak Rabu pagi sudah naik ke badan jalan dan masuk ke pemukiman warga. Puluhan kapal nelayan yang disandarkan sekitar pantai tidak dapat diselamatkan dan saling hantam akibat gelombang tinggi.

"Kami hanya pasrah, tidak ada yang berani, nyawa taruhannya," ucap Alinin saat dihubungi di Kaur, Rabu (25/7/2018).

Warga hanya bisa pasrah dan mencoba menarik kembali kapal mereka ke pinggir pantai, ketika air laut mulai surut. Beberapa di antara warga bersama anggota TNI dan Polri yang terjun ke lapangan juga memberikan pertolongan untuk membersihkan puing bangunan yang sudah rusak.

Kondisi serupa terjadi di kampung nelayan Malabero dan Pondok Besi, Kota Bengkulu. Puluhan kapal nelayan yang lempar jangkar di pinggir pantai juga mengalami kerusakan.

Menurut Hari Setiawan, nelayan Teluk Segara, mereka sudah mendapatkan informasi terkait  gelombang tinggi pada dua hari yang lalu.

"Tidak ada nelayan di sini yang turun melaut, kapal kami hanya mengalami kerusakan ringan saja," ungkap Hari.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Nelayan Dihimbau Tak Nekat Melaut

Kondisi alam berupa gelombang tinggi dan cuaca buruk dalam satu minggu ke depan sangat berbahaya bagi nelayan tradisional. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kaur mengimbau para nelayan untuk tidak nekat melaut untuk mencari ikan.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kaur, Edwar Heppy mengatakan, jika dipaksakan untuk melaut, risikonya sangat besar. Tidak hanya gelombang tinggi yang mengancam nyawa, tapi kondisi badai yang bisa datang secara tiba-tiba akan mengancam keselamatan jiwa.

"Tunggu sampai kondisi benar-benar aman," tegas Edwar.

Data yang dihimpun saat ini, sebanyak 40 kapal bermesin milik nelayan mengalami rusak berat. Dua di antaranya karam ditelan ombak. Gelombang tinggi juga merusak 25 kapal tanpa cadik atau kapal dayung dan 10 kapal bercadik atau katir.

"Kami terus melakukan identifikasi dan menyalurkan bantuan sementara untuk kebutuhan hidup darurat," ujar Edwar Heppy.